Pemilih Perempuan Dominasi Suara di Sulsel, Pengamat Nilai Bukan Penentu

Pemilih Perempuan Dominasi Suara di Sulsel, Pengamat Nilai Bukan Penentu

Agus Umar Dani - detikSulsel
Minggu, 19 Mar 2023 17:20 WIB
Ilustrasi Pemilu dan Pemilihan
Ilustrasi. Foto: Fuad Hasim/detikcom
Makassar -

Jumlah pemilih perempuan di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 lebih besar dibanding pemilih laki-laki. Namun dominasi pemilih perempuan dinilai bukan penentu kemenangan kandidat dalam pesta demokrasi di Sulsel.

"Persoalannya, pemilih di Sulawesi Selatan itu tidak ikut pada kesadaran gender begitu, dia ikut pada keputusan suaminya atau keputusan kelompoknya," kata pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Armin Arsyad kepada detikSulsel, Minggu (19/3/2023).

Untuk diketahui, berdasarkan data KPU Sulsel total pemilih potensial di Sulsel mencapai 6.787.531. Dari jumlah tersebut, 3.491.441 di antaranya perempuan dan 3.296.090 laki-laki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, peserta pemilih laki-laki memiliki potensi meraup suara lebih tinggi dari berbagai gender. Selain karena terlihat lumrah, Armin juga menyebut pemilih perempuan terkadang memprioritaskan laki-laki.

"Jadi cenderung laki-laki yang akan banyak menang saat dicalonkan, karena pada akhirnya laki-laki yang banyak mendominasi menentukan pilihan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Dia juga mengutarakan partisipasi perempuan dalam mencalonkan diri saat Pemilu cenderung rendah karena sistem kebudayaan yang mengikat. Terlebih lagi, banyak masyarakat masih terikat paham agama yang menganggap laki-laki diberikan kemampuan lebih untuk memimpin.

"Hal itu yang menjadi sebab partisipasi perempuan dalam politik itu relatif tidak terlalu tinggi, karena persoalan kultur. Dalam Islam juga disebut laki-laki itu pemimpin atas wanita, lebih dijelaskan lagi, kenapa keutamaan banyak diberikan kepada perempuan, karena laki-laki itu diberikan fisik yang lebih kuat," papar Armin.

Sementara itu, dia mengatakan salah satu cara bagi para kandidat menarik simpati pemilih perempuan adalah membuat rencana program yang memberikan keuntungan bagi perempuan. Meski demikian, Armin tak menjamin hal itu bisa berjalan lancar.

"Cara lainnya adalah membuat program yang memberikan keuntungan untuk perempuan. Misalnya program memberikan cuti kepada perempuan sesuai kebutuhan alamiahnya, cuti hamil, cuti haid dan seterusnya. Nah program seperti itu juga bisa membuat perempuan juga tersentuh. Hanya persoalannya, pejuang perempuan masih kurang, karena dianggap berseberangan dengan ajaran agama itu pejuang perempuan," paparnya.




(asm/sar)

Hide Ads