Sebanyak 110 anak mengikuti baptis massal dalam peringatan 110 tahun Injil Masuk Toraja (IMT) di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Baptis massal ini merupakan salah satu rangkaian peringatan IMT.
"Ada 110 anak yang dibaptis serentak. Ini untuk memperingati pembaptisan pertama yang dilakukan zendeling Aris van de Loosdrecht di Makale saat tiba pertama kali di Toraja," kata Ketua Panitia IMT Djeckson Mari kepada detikSulsel, Kamis (9/3/2023).
Baptis massal ini digelar di Pusat Kota Makale, Tana Toraja, Kamis (9/3). Dalam acara ini, ada sekitar 1.000 masyarakat Toraja berkumpul dan merayakan suka cita peringatan Injil Masuk Toraja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djeckson mengungkapkan, pembaptisan 110 anak itu merupakan momen langka. Maka dari itu, pihaknya menyediakan sertifikat khusus kepada anak yang dibaptis tersebut.
"Ini momen langka. Sangat jarang orang dibaptis dalam peringatan Injil Masuk Toraja. Jadi kita siapkan sertifikat khusus untuk mereka," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja, Pendeta Alfred Anggui menjelaskan, kehadiran Injil di Toraja memulihkan kehidupan masyarakat Toraja. Zendeling Aris van de Loosdrecht dinilai memajukan masyarakat dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
"Injil sudah membuat masyarakat Toraja pulih. Ini jadi momentum lompatan besar dalam perubahan masyarakat Toraja, karena kita ketahui setelah zendeling van de Loosdrecht menginjakan kaki di Toraja, tidak lain pertama kali dibangun adalah sekolah dan rumah sakit," jelasnya.
Alfred menambahkan, gereja Toraja tidak akan berubah meski adanya perubahan zaman. Pasalnya, kata dia, gereja Toraja tetap menaati pesan inti Injil yakni, selalu membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
"Zaman berubah, tentu bentuk-bentuk pelayanan gereja Toraja juga akan mengalami perubahan. Namun, satu hal yang merupakan pesan inti dari Injil, harus selalu menjadi bagian pelayanan di masyarakat dan memulihkan banyak orang. Gereja harus jadi tempat orang dipulihkan, gereja harus jadi tempat orang merasakan suka cita, dan di gereja orang mendapat sesuatu yang mungkin tidak pernah didapat di tempat lain," ucapnya.
"Di gereja orang bisa mendapatkan sebuah hal layanan tanpa membeda-bedakan, yang mungkin kalau di luar diperlakukan diskriminatif. Terakhir, di gereja semua orang dirangkul tanpa terkecuali di dalam kasih Kristus," tambah Alfred.
(asm/hsr)