Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sambas, Kalimantan Barat menetapkan status tanggap darurat banjir selama 31 hari. Bencana hidrometeorologi itu menyebabkan 10.885 kepala keluarga (KK) terdampak.
"Pemkab Sambas sudah menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana banjir," ujar Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalbar Daniel kepada detikcom, Kamis (2/2/2023).
Status tanggap darurat bencana banjir diberlakukan mulai 29 Januari sampai 28 Februari 2023. Daniel menuturkan, kebijakan ini untuk mempercepat upaya penanganan banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Status tanggap darurat banjir berlaku) 29 Januari-28 Februari 2023. Dengan ditetapkannya status ini maka operasi penanggulangan bencana akan lebih optimal," bebernya.
Daniel mengungkapkan, ada 30 desa yang tersebar di 7 kecamatan terdampak banjir. Tujuh kecamatan di wilayah Sambas yang terendam, yakni Kecamatan Paloh, Tangaran, Kecamatan Teluk Keramat, Kecamatan Galing, Kecamatan Jawai, Kecamatan Sambas, dan Kecamatan Jawai Selatan.
"Jadi jumlah warganya ada 10.885 KK atau 37.334 jiwa terdampak. Rumah warga yang terdampak itu ada 3.716. Hanya pada umumnya ya rusak-rusak ringan," sebut Daniel.
Menurut Daniel, banjir di sejumlah wilayah hingga kini sudah mulai surut. Namun pihaknya tetap siaga di tengah hujan deras yang diprediksi masih terjadi.
"Hari ini air sudah mulai surut. Dengan catatan tidak turun hujan lagi ya, (dengan asumsi hujan) yang cukup lama," tuturnya.
Diketahui, banjir yang menerjang Kabupaten Sambas terjadi sejak Minggu (29/1). Bencana ini dipicu Sungai Sambas yang meluap di tengah intensitas cuaca yang tinggi.
Menurutnya, wilayah Sambas memang daerah langganan banjir. Dia mengklaim, sejumlah warga juga sudah melakukan antisipasi.
"Karena memang di beberapa tempat di Sambas ini, mereka sudah terbiasa dengan kondisi ini. Kenapa mereka misalnya dari 10 sekian KK itu ada yang 7 KK yang mengungsi, karena mereka sudah mempersiapkan diri. Di rumah-rumah mereka itu ada semacam rumah panggung," ungkap Daniel.
Namun pihaknya tetap akan melakukan upaya mitigasi bencana. Daniel mengaku pemerintah tengah mengkaji upaya pengerukan Sungai Sambas yang kondisinya mengalami pendangkalan.
"(Sungai Sambas) Harus dilakukan pengerukan. Jadi mitigasi apapun kita lakukan. Jika sungai tetap dangkal ya tidak akan menyelesaikan masalah," jelasnya.
(sar/sar)