Sebanyak 20 sapi milik warga di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) dilaporkan mati mendadak. Dugaan sementara, hewan ternak ini diduga terserang virus Jembrana.
"Tim dokter hewan dari provinsi dengan kabupaten turun ambil sampel dikirim ke Balai Veteriner Maros untuk memastikan apa penyakitnya," ungkap Kabid Peternakan DTPHP Mamuju Muh Amrin saat dikonfirmasi, Selasa (31/1/2023).
Laporan kasus kematian sapi ternak itu berada di Kelurahan Sinyonyoi Selatan, Kecamatan Kalukku, Mamuju. Amrin belum mau berspekulasi terkait penyebab sapi mati mendadak meski ada dugaan terjangkit virus Jembrana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dugaan iya bisa dimasukkan (Jembarana). Jadi kami tidak bisa menyimpulkan dulu itu memang (virus) Jembrana karena masih didalami," terangnya.
Dia menambahkan, pihaknya tengah melakukan pendataan atas kasus kematian sapi ternak. Pasalnya ada laporan peristiwa ini juga terjadi di wilayah lain.
"Sementara teman-teman di lokasi kasus sekarang mendata," imbuhnya.
Amrin mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan upaya vaksinasi. Langkah pencegahan ini nantinya dilakukan untuk sapi-sapi yang sehat agar tidak tertular penyakit.
"Sesuai rekomendasi kalau sudah positif (virus) Jembrana berarti kami lakukan vaksinasi Jembrana. Meskipun selama ini kami sudah lakukan. Vaksinasi dilakukan di luar lokasi kasus kejadian untuk tindakan pencegahan," ujar Amrin.
Lebih jauh, ia mengaku jika nantinya hasil lab menunjukkan sapi warga menderita penyakit berbahaya, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan mengambil langkah lockdown atau menutup akses keluar masuk sapi di Mamuju.
"Kalau sudah ada kesimpulan bahwa ini penyakitnya apa dan menuntut harus lockdown, kami akan sampaikan bahwa saran dari teman-teman petugas bahwa kondisinya ini sebaiknya dilakukan lockdown. Tidak ada lagi lintas ternak. Seperti kemarin waktu ada PMK di Mamasa," bebernya.
Dikonfirmasi terpisah, seorang peternak sapi di Kelurahan Sinyonyoi Anwar mengaku ada 12 warga yang melaporkan kasus kematian sapi ternak. Dari belasan warga itu, laporannya total 20 sapi mati mendadak.
"Punya 12 orang ini sapi yang mati. Kalau 8 ekor yang sedang sakit sekarang itu punya 4 warga yang lain juga. Kalau tanda-tanda diracun tidak ada, karena diikat ji di pohon, cuman kalau dilihat nafsu makannya kurang," katanya.
Lebih jauh, menurutnya kasus sapi sakit hingga mati mendadak di Kelurahan Sinyonyoi Selatan terjadi sejak 2 bulan terakhir atau Desember 2022 lalu.
"Desember kemarin mulai (sapi sakit dan mati mendadak)," pungkasnya.
(sar/hmw)