Bio Farma menghentikan produksi vaksin COVID-19 buatannya, IndoVac. Langkah tersebut justru dilakukan setelah vaksin tersebut mendapatkan izin untuk digunakan belum lama ini.
Dilansir dari detikFinance, pemberhentian produksi ini diungkapkan langsung oleh Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir.
Honesti menjelaskan penghentian produksi IndoVac ini terjadi karena pihaknya masih menunggu kepastian berapa besaran volume penggunaan IndoVac yang akan digunakan pemerintah tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengenai penghentian IndoVac itu karena kita menunggu kepastian di tahun 2023 berapa pemerintah butuh IndoVac," jelas Honesti dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Selasa (24/1/2023).
Lebih lanjut Honesti menjelaskan ada potensi kedaluarsa yang sangat cepat setelah vaksin diproduksi. Sehingga butuh kepastian jumlah kebutuhan vaksin dan kapan vaksin itu akan digunakan agar produksi yang dilakukan pas.
Di sisi lain, Honesti menjamin semua sarana produksi IndoVac sudah siap apabila sudah ada kepastian dari pemerintah. Malah pihaknya sudah siap dengan bahan baku vaksin untuk produksi 15 juta dosis berikutnya.
"Karena ketika produksi, itu expired (kadaluarsa) nggak akan lama. Jadi sebenarnya kita nggak hentikan selamanya, nggak begitu. Malah kami sudah ada bahan untuk 15 juta dosis," ungkap Honesti.
"Kita butuh kepastian pemerintah butuh kapan dan berapa maka kita lanjutkan lagi produksi," sebutnya.
Terkait bahan baku, Honesti mengatakan sifatnya masih bisa digunakan untuk berbagai jenis vaksin lainnya. Jadi apabila kebutuhan vaksin IndoVac tak banyak, bahan baku yang didapatkan dengan cara diimpor itu tidak akan terbuang percuma.
"Bahan baku yang kita impor cuma satu dan itu sudah nggak beli banyak juga kita. Kita yakin kemarin kita meeting dengan Kemenkes, vaksin IndoVac ini masih lanjut dipakai untuk booster remaja dan lansia. Jadi ada potensinya, tinggal masalah volumenya aja berapa," jelas Honesti.
"Kalaupun in case vaksin selesai masih ada bahan baku, nah bahan bakunya ini masih bisa digunakan ke vaksin yang lain," pungkasnya.
(alk/asm)