COVID-19 varian kraken atau yang disebut Omicron XBB.1.5 kini sudah masuk di Indonesia. Varian tersebut juga sudah memicu peningkatan kasus di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.
Dilansir dari detikHealth, Kamis (26/1/2023), varian ini dijuluki Kraken oleh professor biologi Kanada Dr Ryan Gregory lantaran berpotensi menyebabkan gelombang COVID besar berikutnya.
Varian Kraken ini disebut memiliki potensi tinggi untuk menularkan dibandingkan dengan varian maupun subvarian lainnya. Selain itu, varian ini juga memiliki sifat "escape strain" atau menghindari imunitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, XBB.1.5 ini tidak sepenuhnya menghindari kekebalan yang terbentuk dari vaksin COVID-19 atau infeksi virus Corona sebelumnya. Professor di La Jolla Institute for Immunology, Alessandro Sette mengatakan hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa XBB.1.5 memicu gejala yang lebih parah atau berbeda dibandingkan subvarian Omicron lainnya.
Diketahui, kasus varian Kraken ini pertama kali masuk di Indonesia saat ada warga negara Polandia yang tiba di Kalimantan Timur pada 6 Januari 2023. Kemudian saat dilakukan genome sequencing, 5 hari setelahnya, WNA tersebut dinyatakan positif COVID-19 varian Kraken yakni pada 11 Januari 2023. Namun kini WNA tersebut sudah dinyatakan negatif dari COVID-19.
"Kondisi tanpa gejala, sudah melakukan isolasi mandiri dan tes PCR, terakhir sudah negatif," terang Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu saat dihubungi detikcom, Rabu (25/1).
Adapun gejala varian Kraken antara lain:
- Tenggorokan gatal
- Sakit tenggorokan
- Nyeri punggung bawah
- Hidung meler/tersumbat
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Bersin
- Keringat malam
- Pegal-pegal
- Batuk tanpa dahak
- Batuk berdahak
- Suara serak
- Kemampuan indra penciuman berubah
- Sakit dan nyeri otot
(urw/asm)