Pakar komunikasi politik Arif Susanto mengungkapkan analisisnya terkait sindiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan para menterinya selalu menjadikannya rujukan tapi tak pernah mengajak nyanyi-nyanyi dan makan-makan. Dia menilai pernyataan itu sebetulnya bisa diartikan sebagai gurauan sekaligus kegusaran Jokowi.
"Iya dua-duanya (gusar dan gurau), kalau saya nggak melihat kelewat serius itu konteksnya sebelumnya mungkin, sebelum Pak Jokowi sampaikan pidato, ada Airlangga secara bergurau menyampaikan kemarin bahwa Sri Mulyani menyanyi dan suaranya bagus gitu," kata Arif Susanto dilansir dari detikNews, Rabu (21/12/2022).
Arif menilai gaya bicara Jokowi dalam menyampaikan sesuatu tidak begitu formal tapi selalu mengandung pesan tersirat yang penting.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus paham bahwa gaya berkomunikasi Jokowi itu sering tidak terlewat formal kalau dibandingkan dengan presiden presiden terdahulu, kalau mau dibandingkan gitu ya mungkin Gus Dur atau Habibie gitu ya, itu juga gaya komunikasinya juga relatif cair, saya kira Jokowi juga punya karakter serupa, gaya komunikasinya lebih cair lah dibandingkan formal gitu," ucapnya.
Dia juga melihat sindiran Jokowi tersebut sebagai peringatan untuk para menterinya yang dinilai kurang membangun terobosan-terobosan dalam kebijakan. Hanya saja, kata Arif, ucapan Jokowi itu dibungkus dengan candaan.
"Kalau kita mau lihat dari apa yang sering disampaikan lewat pidato-pidatonya itu kan Jokowi kehendaki sebuah kabinet yang bekerja, tapi kalau misalnya menteri-menteri terus-menerus bertanya ke Presiden tentang apa yang harus dilakukan berarti kan menterinya kurang dalam membangun terobosan gitu, cuma cara sampaikannya yang dibungkus dengan candaan seperti itu tadi," ujar dia
"Tapi esensi pesannya bahwa Pak Jokowi sebenarnya sedang ingatkan tentang sense of crisis, kalau mau diseriusin, ini bukan pesan pertama kalinya Pak Jokowi singgung soal sense of crisis-nya para menteri," lanjutnya.
Arif menyebut pernyataan Jokowi soal tidak diajak senang-senang ini juga terkesan ambigu. Dia mengaitkan kultur Jawa yang melekat pada Jokowi, di mana teguran itu disampaikan secara tidak langsung untuk menghindari gesekan kepentingan politik dengan para menterinya
"Memang ambigu, kalau ini dilihat sebagai khas Jawa mungkin ada tapi not completely karena kultur Jawa-nya, tapi completely karena itu. Saya kira kita juga harus menimbang bahwa selain persoalan latar belakang kultur Jawa itu tadi, kita harus menimbang bahwa latar belakang kultur politik yang berkembang dalam relasi antarelite, ini kan elite ini pada satu sisi bekerja sama, tapi pada sisi lain mereka bersaing," jelasnya.
"Tapi persoalannya gimana persaingan ini tidak buat peluang kerja sama itu jadi runtuh, di situ kemudian muncul model-model komunikasi Pak Jokowi, jelas Pak Jokowi nggak mungkin menegur secara keras di depan publik gitu ya, tapi membiarkan juga akan membuat grid kekuasaan Jokowi jadi melemah, jadi memainkan strategi di tengah kultur politik semacam itu menjadi tepat kalau menggunakan model-model sindiran yang memang kita kenal kuat dalam tradisi Jawa. Jadi ketemu antara kebutuhan politik dengan latar budaya tadi itu," lanjut dia.
Simak sindiran Jokowi di halaman selanjutnya.
Sindiran Jokowi ke Menteri
Sebelumnya, Jokowi mengeluarkan pernyataan sindiran yang menyebut dirinya selalu menjadi rujukan bagi menterinya saat ada masalah, tapi tidak pernah diajak makan-makan atau nyanyi-nyanyi. Sindiran itu disampaikan Jokowi saat mengakhiri sambutannya yang disiarkan akun YouTube Sekretariat Presiden, pada acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12).
"Kalau yang masalah, yang problem, menteri-menteri itu mesti menghadap saya. Tapi yang enak-enak, kayak kemarin nyanyi-nyanyi, makan-makan, tidak pernah mengajak saya," ujar Jokowi disambut tawa peserta yang hadir.
Jokowi awalnya berbicara mengenai situasi dunia yang disebut tidak akan gampang. Jokowi kemudian membahas kondisi perekonomian Indonesia dan menekankan pentingnya hilirisasi dan energi hijau.
"Tadi sudah saya sampaikan hilirisasi, energi hijau, ini menjadi kunci. Ke depan, saya sudah minta strategi hilirisasi ini harus dibuat dalam ekosistem besar, apa, didukung energi hijau yang murah. Ini akan menjadi produk premium yang kita akan bisa bersaing dengan negara-negara lain," ujar Jokowi.
Menurutnya salah satu kunci dalam penerapan energi hijau adalah harus murah. Jokowi mengatakan energi hijau yang mahal tak akan berarti apa-apa.
"Karena yang namanya hydropower mestinya, misal di Sungai Kayan, Sungai Mambramo misalnya, hitung-hitungan yang saya pakai, kalkulator yang saya pakai, nggak tahu mungkin berbeda dengan kalkulator yang Bapak-Ibu pakai, bisa mencapai harga USD 2-4 sen, yang jauh di bawah batu bara. Kalau sungai-sungai yang lain kita lakukan hal sama, inilah sebetulnya kekuatan besar kita," beber Jokowi.
Selanjutnya Jokowi menjelaskan hilirisasi dan energi hijau merupakan kekuatan Indonesia. kendati begitu, Jokowi menyebut itu harus didukung oleh pelaksanaan yang baik.
"Dua hal tadi, hilirisasi kemudian didukung energi hijau. Sulitnya adalah pelaksanaan. Tapi yang pusing-pusing biasanya diberikan kepada saya," ujar Jokowi.
Setelah itu barulah Jokowi bercerita soal menteri-meneteri yang kerap datang ketika ada masalah. Dia menyindir dirinya tidak pernah diajak saat ada acara nyanyi-nyanyi dan makan-makan.
Simak Video "Video: Jokowi Unggah Momen Silaturahmi dengan Dosen Pembimbingnya di UGM"
[Gambas:Video 20detik]
(asm/sar)