Viral Anak TK di Sulut Jadi Korban Bully, Korban 3 Pekan Tak Mau ke Sekolah

Sulawesi Utara

Viral Anak TK di Sulut Jadi Korban Bully, Korban 3 Pekan Tak Mau ke Sekolah

Trisno Mais - detikSulsel
Senin, 05 Des 2022 15:42 WIB
Neglected lonely child against the white wall.  Little girl crying in the corner. Violence concept.
Foto: iStock
Minahasa -

Viral di media sosial seorang anak perempuan inisial DT (5) di Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) sudah 3 pekan menolak sekolah karena menjadi korban bully. Ironisnya, korban diduga di-bully oleh orang dewasa.

Dalam unggahan viral, bocah malang tersebut diketahui sebagai warga Desa Koya, Kecamatan Tondano Selatan. Ibu korban, PW mengatakan DT enggan masuk sekolah lantaran merasa takut di-bully oleh murid TK yang juga berstatus anak guru, hingga sejumlah orang tua siswa.

"Kasus perundungan kembali terjadi, DT 5 tahun berdomisili di Koya, Tondano Selatan, di-bully habis-habisan oleh oknum orang tua di sekolah tempat di mana dia menimba ilmu," demikian keterangan unggahan viral tersebut saat dilihat detikcom hari ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu korban, PW menjelaskan bahwa salah satu pelaku merupakan anak salah seorang oknum guru di sekolah tersebut.

"Mirisnya oknum yang turut mem-bully adalah anak dari guru DT berinisial PEM panggilan sehari-hari menggunakan inisial C," tambah akun tersebut.

ADVERTISEMENT

Saat dihubungi terpisah, PW mengatakan bahwa putrinya DT di-bully saat berada di sekolah, pada Jumat (19/11) lalu.

"Di-bully habis-habisan oleh oknum orang tua di sekolah tempat di mana dia menimba ilmu, mirisnya oknum yang turut mem-bully-nya adalah anak dari gurunya berinisial PM," kata PW kepada detikcom, Senin (5/12/2022).

Menurut PW, kasus bullying terhadap putrinya itu berawal saat dirinya meminjam uang kepada wanita inisial MP. Namun karena pada 16 November lalu pinjaman tersebut belum dikembalikan sehingga MP membuat unggahan di media sosial.

Meski begitu kata dia, persoalan utang piutang sudah diselesaikan. Hanya saja dia kecewa karena persoalan tersebut masih terus berlanjut hingga berdampak terhadap anaknya.

Kemudian pada 19 November lalu, anaknya pergi ke sekolah dan tanpa sengaja korban mendengar percakapan beberapa oknum orang tua siswa. Mereka menuturkan bahwa ibu korban adalah penipu.

"Anak saya sedang berjalan pulang dari sekolah menuju rumah, di dalam sekolah dia mendengar pembicaraan oknum orang tua murid. Mereka mengeluarkan perkataan ibu dari anak itu menipu (pinjam uang tidak kembalikan) dan lari ke Bolaang Mongondow. Anak tukang tipu sekolah di sini," ujarnya.

PW mengatakan setibanya di rumah, anaknya langsung menceritakan semua kejadian yang menimpanya.

"Setibanya di rumah anak saya langsung menceritakan kejadian yang dialaminya," kata dia.

Akibat dari peristiwa tersebut, anaknya sudah tidak mau pergi ke TK Imanuel Koya, Minahasa, karena trauma dan takut di-bully.

"Sampai saat ini anak saya sudah tidak masuk sekolah selama 3 minggu," katanya.

Dia berharap masalah tersebut perlu disikapi secara serius oleh pihak sekolah. Dia menginginkan persoalan tidak berlanjut ke ranah hukum.

Tak hanya itu, supaya anaknya bisa kembali bersekolah dengan perasaan aman, bukan karena takut di-bully.

PW melanjutkan, hal itu sangat berdampak dan mempengaruhi kejiwaan motorik dan mental anaknya sebagai korban bully.

"Akibat dari kejadian tersebut, hingga saat ini anak saya sudah tidak mau sekolah lagi, dan hingga saat ini pihak sekolah tidak melakukan kunjungan konseling terhadap korban," jelas dia.

PW menegaskan bahwa pihaknya masih memberikan waktu selama 3x24 jam untuk meminta maaf secara terbuka. Namun apabila dalam waktu yang sudah ditentukan tidak ada itikad baik, maka pihaknya akan membawa kasus ini ke ranah hukum.

"Kami ingin meminta keadilan dan ingin meminta bantuan konsul dan juga pendampingan pakar hukum yang lebih memahami bentuk pelecehan dan perundungan secara verbal kepada anak di bawah umur," pungkasnya.




(hmw/asm)

Hide Ads