Kasus HIV/AIDS di Papua tercatat mencapai 50.011 kasus hingga September 2022. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua mengungkap banyaknya kasus karena minimnya edukasi terkait HIV/AIDS kepada masyarakat.
"Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi untuk HIV/AIDS yang tersedia kalau tidak dapat diakses oleh orang yang bersangkutan juga tidak akan menambah pengetahuan orang tersebut," kata Ketua KPA Papua Anton T Mote kepada detikcom, Minggu (4/11/2022).
Anton mengatakan faktor lain yang juga mempengaruhi tingginya kasus HIV/AIDS adalah persepsi masyarakat. Hal tersebut yang selama ini tidak mendapat edukasi sehingga kurang dipahami oleh masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor lain yang diperkirakan turut berpengaruh dalam mempengaruhi pengetahuan dan persepsi penderita tentang HIV/AIDS adalah keterlibatan penderita tersebut dalam kebijakan atau program terkait dengan peningkatan kapasitas untuk memahami permasalahan HIV/AIDS," terangnya.
Menurutnya, para pengidap HIV/AIDS semestinya juga ikut andil dalam melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat. Anton menilai pengidap HIV/ADIS memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait penyakit tersebut.
"Para penderita yang pernah terlibat dalam kegiatan ini diasumsikan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada mereka yang tidak pernah terlibat dalam kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan dengan keterlibatan dalam aktivitas tersebut akan memungkinkan penderita memperoleh informasi yang memadai mengenai HIV/AIDS," kata Anton.
Lanjut Anton, hal lain yang menghambat penanggulangan HIV/AIDS di Papua ialah minimnya sumber daya manusia dan anggaran. Hal ini disebut cukup berpengaruh dalam melakukan pencegahan di berbagai daerah di Papua.
"Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh instansi atau non instansi tentu saja harus ada anggaran dan dukungan SDM yang memadai yang dapat mendukung segala kegiatan KPA dalam melakukan kegiatan-kegiatan berupa sosialisasi kepada masyarakat yang berisi penyampaian-penyampaian kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS serta cara penanggulangannya," ucapnya.
Anton menambahkan, KPA Papua ke depannya berencana akan membuat penanganan yang lebih komprehensif. Dia akan mengkolaborasikan upaya penanganan dengan instansi pemerintah.
"Mengkolaborasikan upaya penanganan tersebut dengan instansi yang lain seperti pemerintah desa baik dari sisi anggaran maupun pelaksanaan program untuk upaya penanganan berupa edukasi atau tindakan preventif di kalangan pelajar dan masyarakat," imbuhnya.
Sebelumnya, Anton membeberkan, HIV/AIDS di Papua mencapai 50.011 kasus. Hal itu berdasarkan data yang tercatat hingga September 2022.
"Di Provinsi Papua, sampai akhir September 2022 terdapat 50.011 kasus HIV/AIDS," bebernya.
Anton mengatakan, dari 50.011 kasus tersebut, 20.441 kasus positif HIV dan 29.570 kasus positif AIDS. Dia mengatakan kasus yang tercatat ini masih belum terhitung dengan fakta-fakta lainnya di lapangan.
"Jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Papua tersebut tentu belum termasuk fakta yang ada di lapangan. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang memiliki kesadaran untuk memeriksakan diri karena anggapan takut dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakat," terangnya.
(asm/sar)