HIV/AIDS di Papua Capai 50.011 Kasus hingga September 2022

Papua

HIV/AIDS di Papua Capai 50.011 Kasus hingga September 2022

Andi Nur Isman - detikSulsel
Minggu, 04 Des 2022 16:11 WIB
Ilustrasi HIV AIDS dan OHDA
Ilustrasi HIV/AIDS. Foto: Rachman_punyaFOTO
Jayapura -

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua mengungkap tingginya kasus HIV/AIDS sepanjang 2022. Hingga September 2022 kasus HIV/AIDS di Papua sudah mencapai 50.011 kasus.

"Di Provinsi Papua, sampai akhir September 2022 terdapat 50.011 kasus HIV/AIDS," kata Ketua KPA Papua Anton T Mote kepada detikcom, Minggu (4/12/2022).

Anton mengatakan, dari 50.011 kasus tersebut, 20.441 kasus positif HIV dan 29.570 kasus positif AIDS. Dia mengatakan kasus yang tercatat ini masih belum terhitung dengan fakta-fakta lainnya di lapangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jumlah penderitaHIV/AIDS di Provinsi Papua tersebut tentu belum termasuk fakta yang ada di lapangan. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang memiliki kesadaran untuk memeriksakan diri karena anggapan takut dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakat," terangnya.

Dengan tingginya kasus HIV/AIDS tersebut, Anton mengaku KPA terus berupaya melakukan advokasi. Termasuk dengan melakukan pelatihan kepada remaja dalam memberikan penyuluhan.

ADVERTISEMENT

"Mengadakan kegiatan pengembangan media dalam rangka memperkenalkan dan lebih memahami lebih jauh tentang HIV/AIDS dan program-program KPA yaitu melalui komunikasi atau dialog secara langsung, Menjangkau atau melakukan pendekatan terhadap individu atau kelompok yang sulit diberikan penyuluhan," paparnya.

Selain itu, KPA Papua juga disebut telah melakukan berbagai aktivitas dalam mendorong pemangku kepentingan terkait dalam penyelenggaraan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah, swasta, LSM, kelompok peduli HIV/AIDS, serta jaringan populasi kunci.

"Di sisi lain peran dari lintas sektor terkait lainnya dalam mendukung program dan kegiatan KPAP telah berjalan, namun harus diakui bahwa upaya yang dilakukan selama ini belum terkoordinasi dan termobilisasi secara optimal sehingga kemampuan menanggulangi HIV/AIDS belum seimbang dengan tingginya kecepatan penularan HIV/AIDS," imbuhnya.




(asm/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads