HUT Korps Marinir TNI AL (Angkatan Laut) jatuh pada 15 November. Tahun ini merupakan peringatan HUT ke-77 Korps Marinir Indonesia.
Berbeda dengan angkatan bersenjata lainnya, Korps Marinir TNI AL memiliki ciri khas warna baret yang cukup terang, yakni ungu. Warna ini memiliki sejarah dan makna yang mendalam.
Namun sebelum membahas baret ungu, sebaiknya mengenal dahulu Korps Marinir Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satuan Korps Marinir TNI AL dan Tugasnya
Dilansir dari laman resmi Marinir TNI AL, disebutkan bahwa Korps Marinir dilahirkan di kota kecil, Tegal pada 15 November 1945. Sebelumnya satuan ini bernama Corps Marinier lantas diubah menjadi Korp Komando Angkatan Laut (KKO AL) pada 9 Oktober 1948.
Kemudian nama tersebut kembali berganti menjadi Korps Marinir berdasarkan Surat Keputusan Kasal nomor Skep/1831/XI/1975 pada tanggal 14 November 1975.
Korps Marinir TNI AL adalah salah satu Komando Utama Operasi (Kotama Ops) TNI di bawah kendali langsung Panglima TNI. Korps Marinir memiliki tugas menyelenggarakan operasi amphibi, operasi pertahanan pantai, dan pengamanan pulau terluar strategis dalam rangka OMP dan OMSP serta operasi lainnya sesuai kebijakan Panglima TNI.
Korps Marinir juga merangkap sebagai sebagai Komando Utama Pembinaan (Kotama Bin) pada Markas Besar TNI Angkatan Laut. Dalam hal ini, Korps Marinir bertugas untuk membina kekuatan dan kesiapan operasi satuan Marinir. Selain itu juga membina potensi maritim menjadi kekuatan pertahanan keamanan matra laut yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Staf Angkatan Laut.
Sejarah Baret Ungu Korps Marinir TNI AL
Warna ungu dipakai oleh Korps Marinir ketika masih bernama KKO-AL. Awalnya berupa pita sebagai kode pengamanan untuk mengadakan operasi pendaratan di Padang, Sumatera Barat, dalam rangka Operasi 17 Agustus.
Baret warna ungu untuk pertama kalinya gunakan satuan Batalyon-1 KKO-AL dalam Operasi Alugoro di Aceh pada tahun 1961. Selanjutnya baret tersebut dilengkapi dengan emblem.
Pada awalnya emblem Korps Marinir berbentuk segi lima warna merah dengan lambang topi baja Romawi dan dua pedang bersilang di tengah. Pemasangan emblem di baret terletak di samping kiri depan.
Kemudian pada tahun 1962, bertepatan dengan HUT yang ke-17 KKO-AL, diadakan perubahan lambang emblem baret Keris Samudera dikelilingi oleh pita dengan tulisan "Jalesu Bhumyamca Jayamahe" dan terdapat tulisan "Korps Komando" di bawahnya.
Di antara tulisan Korps dengan Komando terdapat angka 1945 yang menandakan Korps Marinir lahir. Seluruh lambang dan tulisan emblem tersebut terbuat dari kuningan yang beralaskan warna merah segi lima.
Pada tahun 1968 baret ungu kembali mengalami perubahan, yaitu dengan member garis pinggir "Kuning" dari segi lima merahnya.
Setelah berubah nama menjadi Korps Marinir pada 1976, Kepala Staf TNI Angkatan Laut mengeluarkan Surat Keputusan No. Skep/2084/X/1976 tanggal 20 Oktober 1976 tentang Perubahan Emblem Korps Marinir. Perubahan tersebut adalah dengan menambah Jangkar sebagai latar belakangnya, pita yang sebelumnya bertuliskan "Korps Komando" berubah menjadi "Korps Marinir".
Emblem tersebut dipasang pada baret dengan ketentuan bahwa tengah-tengah dasar emblem terletak tepat di atas ujung luar kening mata kiri. Sehingga Emblem tersebut secara resmi mulai dipakai tepat pada peringatan HUT ke-31 Korps Marinir tanggal 15 November 1975.
Filosofi Baret Ungu Korps Marinir TNI AL
Ciri khas baret ungu ini tentunya memiliki kharisma tersendiri bagi Korps Marinir TNI AL yang sudah dikenal bersahabat dengan masyarakat.
Selain itu, warna ungu juga diilhami oleh bunga Bougenville, yang selalu gugur sebelum layu. Hal ini melambangkan pengabdian prajurit Korps Marinir selalu siap berkorban jiwa raga demi keutuhan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(alk/asm)