Aksi demonstrasi di tengah sidang sengketa lahan Lapangan Gembira Rantepao Toraja Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) didominasi siswa SMAN 2 Rantepao. Mereka mengaku diperbolehkan ikut demonstrasi mengawal proses persidangan sengketa lahan Lapangan Gembira.
"Siswa di SMAN 2 Rantepao. Iya ikut demo, sekolah perbolehkan. 10 siswa 1 kelas, yang lainnya ada di sekolah belajar," kata salah seorang siswa SMAN 2 Rantepao, Syam kepada detikSulsel, Senin (29/8/2022).
Sejumlah pelajar tersebut beriringan mengendarai sepeda motor dari Kota Rantepao Toraja Utara menuju Pengadilan Negeri (PN) Makale Tana Toraja. Mereka juga terlihat seragam menggunakan pakaian berwarna hitam dan pita merah di lengan kirinya, sebagai bentuk perlawanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekolah kami terancam digusur. Makanya kami ikut bantu juga kakak-kakak mahasiswa untuk demo. Selama kasus ini kami tidak betah di sekolah karena ada ancaman penggusuran itu," ungkap Syam.
Terpisah Kepala Sekolah SMAN 2 Rantepao, Yulius Lamma Bangke' menepis jika dirinya memberikan izin kepada peserta didiknya untuk mengikuti demonstrasi pengawalan sidang sengketa lahan Lapangan Gembira tersebut. Menurutnya, massa tersebut dari seluruh masyarakat Toraja Utara.
"Ah tidak ada. Siswa saya ada kok di sekolah belajar. Ini bukan siswa saja tapi aliansi masyarakat Toraja Utara, gitu yah," singkatnya.
Sebelumnya, aksi demonstrasi yang digelar di Pengadilan Negeri Makale itu berakhir ricuh sekitar pukul 13.45 Wita, Senin (29/8). Kericuhan berawal dari pengumuman ditundanya putusan sidang sengketa lahan Lapangan Gembira karena salah satu hakim cuti. Massa yang tidak terima menerobos masuk ke pekarangan kantor PN Makale dengan cara mendobrak pagar kantor.
Melihat situasi tidak kondusif, pihak keamanan yang berjaga terpaksa menyemprotkan water canon ke arah massa. Ini pun membuat massa geram dan membalas dengan melempar batu ke arah petugas.
(hsr/sar)