Fenomena Tanah Bergerak di Mamasa, Tetua Kampung Diminta Gelar Kegiatan Adat

Sulawesi Barat

Fenomena Tanah Bergerak di Mamasa, Tetua Kampung Diminta Gelar Kegiatan Adat

Abdy Febriady - detikSulsel
Senin, 22 Agu 2022 20:00 WIB
Fenomena tanah bergerak yang merusak 11 rumah di Desa Pidara, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) masih menghantui warga setempat.
Foto: tanah bergerak di kabupaten mamasa.(dok.ist)
Mamasa -

Fenomena tanah bergerak yang merusak 11 rumah di Desa Pidara, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) masih menghantui warga setempat. Tetua kampung diminta melakukan kegiatan adat untuk mengantisipasi terjadinya hal tidak diinginkan.

"Kami telah berkoordinasi dengan tetua kampung untuk melakukan kegiatan adat dan kebiasaan lainnya, termasuk mendirikan posko pengungsian untuk warga terdampak," kata Kepala Desa Pidara, Arianus kepada wartawan, Senin (22/8/2022).

Menurut Arianus, ada sebelas rumah warga yang rusak parah terdampak fenomena tanah bergerak. Dimana permukaan tanah terbelah hingga amblas sedalam dua meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelas rumah rusak berat, delapan rusak ringan," ungkapnya.

Rumah yang mengalami kerusakan parah telah dibongkar. Sementara rumah dengan kerusakan ringan, digeser dengan cara diangkat ke tempat yang dianggap aman.

ADVERTISEMENT

"Untuk menyelamatkan rumah terdampak lainnya, warga bergotong royong membongkar maupun menggeser rumah, dengan cara bergotong royong," ujar Arianus.

Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya retakan permukaan tanah, yang merusak belasan rumah warga di daerah ini. Arianus mengaku telah berkoordinasi dengan BMKG untuk mengetahui penyebab retakan, termasuk memastikan pemukiman warga yang terdampak masih layak dihuni atau sebaliknya.

"Kami tinggal menunggu informasi dari BMKG, apa masih layak atau tidak untuk dihuni," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, sedikitnya 11 rumah warga Desa Pidara, Kecamatan Balla, rusak akibat fenomena tanah bergerak. Permukaan tanah tempat rumah dibangun retak dan amblas dengan kedalaman mencapai dua meter.

"Awalnya retak sedikit, lama kelamaan bertambah parah," ujar salah satu warga, Barnabas kepada wartawan, Rabu lalu (17/8).

Diakui Barnabas, fenomena tanah bergerak ini menimbulkan ketakutan warga. Apalagi saat tanah bergerak, menimbulkan suara pada beberapa bagian rumah.

"Ini rumah yang berdiri, bunyi-bunyi atapnya sampai buat warga ketakutan," pungkasnya.




(hsr/sar)

Hide Ads