Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menilai pihak China tak bertanggung jawab atas serangkaian serangan yang dilancarkan terhadap Taiwan dalam latihan militernya. Tsai menegaskan hal itu sebagai upaya meningkatkan eskalasi konflik, namun dia menegaskan akan terus mempertahankan kedaulatan negaranya.
Tsai menuding latihan militer China yang menembakkan sejumlah rudal balistik merugikan pihaknya. Tsai menyebut latihan militer China yang digelar hingga Minggu (7/8) mendatang itu sebagai 'eskalasi ancaman militer yang disengaja dan terus-menerus'.
"Saya harus menekankan bahwa, kami tidak berupaya untuk meningkatkan konflik atau memprovokasi perselisihan, tapi kami akan dengan teguh mempertahankan kedaulatan kami dan keamanan nasional kami, serta menjaga demokrasi dan kebebasan," tegas Tsai dalam pernyataan, dilansir dari detikNews pada Kamis (4/8) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Respons Tsai disampaikan usai Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengonfirmasi adanya 11 rudal balistik yang ditembakkan militer China ke perairan sebelah timur laut dan barat daya wilayahnya pada Kamis (4/8) sore waktu setempat.
Tsai menyebut, pemerintah Taiwan saat ini sedang berupaya memastikan operasional yang aman dan lancar di pelabuhan-pelabuhan dan bandara di wilayahnya. Ia juga berupaya menjaga stabilitas pasar keuangan di negaranya.
Sementara itu, dalam pernyataan terpisah Kementerian Pertahanan Jepang juga menyebut sejumlah empat rudal yang jatuh ke perairan yang masuk zona ekonomi eksklusif Jepang dipastikan sempat mengudara di atas wilayah Taiwan.
Mengenai hal tersebut, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan tidak mengkonfirmasi apakah betul rudal yang China mengudara hingga melintasi wilayah Taiwan.
Latihan Militer Ganggu Penerbangan dan Pelayaran Sipil
Latihan militer yang digelar China pada enam zona di sekeliling Taiwan ini dilaporkan memicu gangguan terhadap aktivitas penerbangan dan pelayaran sipil. Sejumlah penerbangan internasional dibatalkan, serta kapal-kapal diharuskan melintasi rute pelayaran alternatif akibat aktivitas militer China di sekitar wilayah perairan Taiwan.
Selat Taiwan sendiri merupakan rute perdagangan penting bagi kapal-kapal kargo antara negara-negara kekuatan ekonomi besar di kawasan Asia Timur Laut, seperti China, Jepang dan Korea Selatan, dan seluruh dunia.
Sebelumnya, juru bicara Komando Zona Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang merupakan nama resmi militer China, Kolonel Senior Shi Yi, mengonfirmasi pasukan China meluncurkan 'serangan senjata rudal konvensional multi-regional dan multi-model di perairan-perairan yang telah ditentukan di lepas pantai bagian timur Selat Taiwan'. Namun, dirinya tidak menyebutkan berapa jumlah rudal yang ditembakkan pasukan China dalam latihan militer tersebut.
"Semua rudal mengenai target dengan akurat, menguji ketepatan serangan dan kemampuan area-denial," ujar Senior Shi, Kamis (4/8).
(urw/hmw)