Petani bernama Ibrahim (42) di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) merakit sebuah pesawatmenggunakan mesin motor bekas. Idenya itu berawal dari kekagumannya melihat pesawat tempur di televisi.
Ibrahim merakit pesawatnya di Desa Tirowali, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Dia mengaku sejak kecil dirinya memang suka melihat pesawat, khususnya pesawat tempur.
"Sejak kecil memang saya suka lihat pesawat tempur di TV. Sudah tiga kali naik pesawat, tapi kalau saya naik pesawat saya perhatikan betul baik-baik secara detil. Bagaimana barang ini bisa terbang. Nah ide rakit pesawat itu dari sana," kata Ibrahim saat berbincang dengan detikSulsel, Selasa (2/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibrahim mulai merakit pesawat buatannya pada akhir 2020 lalu dengan cara mengutak-atik mesin motor 150 CC yang sudah tak terpakai. Beberapa bahan yang dibutuhkan untuk pesawatnya dikumpulkan dari barang-barang bekas yang diambil di bengkel sekitar rumahnya.
"Ini mesin motor bekas yang kupakai, kekuatannya 150 CC. Tapi ada juga bahan-bahan bekas lainnya yang saya kumpul dari bengkel di sekitar rumah, contohnya seng, besi bekas dan lain-lain. Nah saya mulai rakit itu sekitar akhir tahun 2020," ucapnya.
Ibrahim mengungkapkan dirinya sebenarnya sama sekali tak memiliki dasar untuk merakit pesawat. Kesehariannya hanya bertani, termasuk karena background pendidikannya adalah sarjana hukum. Meski demikian, kata dia, mimpinya dari kecil untuk menciptakan pesawat terbang sendiri membuatnya termotivasi membaca di berbagai referensi.
"Saya petani tapi sarjana hukum. Sama sekali tidak ada dasar itu (merakit pesawat). Tapi namanya mimpi yah, itu membuat saya belajar, baca berbagai buku, sama referensi di internet juga," ungkapnya.
Dirinya pun sempat diragukan beberapa kerabat selama proses merakit pesawatnya, bahkan di pertengahan 2021 dirinya sempat berhenti untuk merakit pesawat impiannya itu. Ini dikarenakan beberapa bahan untuk melengkapi pesawatnya yang sulit ditemukan, sehingga Ibrahim harus merogoh kocek untuk membiayai pesawatnya itu.
"Iya beberapa kerabat dan tetangga bilang untuk apa buat seperti itu tidak ada gunanya. Jadi saya sempat drop juga. Pertengahan 2021 itu saya berhenti merakit, ada beberapa bahan saya tidak temukan di bengkel jadi harus beli, harganya lumayan kalau dijumlahkan semua ya hampir Rp 30 juta lah," terang Ibrahim.
Baru pada Desember 2021, Ibrahim berhasil merampungkan pesawat terbangnya. Menurutnya, pesawat terbangnya itu masih jauh dari kata sempurna, namun dirinya tetap puas bisa menggapai mimpi kecilnya itu.
Saat ini, pesawat rakitan Ibrahim masih terparkir di kolong rumahnya di desa Tirowali. Dirinya masih Menunggu persetujuan Pemerintah Kabupaten Enrekang untuk menggunakan kebun raya Enrekang sebagai landasan pacu.
"Kalau menyala kencang. Cuma kalau terbang perdana kita butuh jalur landasan yang panjang. Kita sudah meminta izin, semoga dalam waktu dekat," tandas Ibrahim.
(hmw/sar)