Sejarah tahun baru Islam dilekatkan pada peristiwa penting Nabi Muhammad saw dalam menerapkan kehidupan islami pada masyarakat Kota Madinah yang saat itu bernama Kota Yatsrib. Masyarakat menjalani proses hijrah menuju kehidupan islami dan akhirnya mengubah nama kota menjadi Madinah.
Tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah jatuh pada 1 Muharram. Tahun baru Hijriah 1444 H pada kalender Masehi jatuh pada 30 Juli 2022.
Terdapat makna penting dalam sejarah tahun baru Islam yang semestinya diketahui oleh umat muslim. Bukan hanya sebagai pembeda atas kalender Masehi tetapi juga peristiwa penting dalam perjalanan Nabi Muhammad saw membangun peradaban Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah tahun baru Islam telah dijelaskan oleh Ustaz Adi Hidayat (UAH) dalam beberapa ceramahnya. Salah satunya pada video tausiah berjudul "Pesan dan Hikmah UAH Menyambut Tahun Baru Hijriyah" yang diunggah melalui channel Youtube Adi Hidayat Official.
UAH menjelaskan sejarah tahun baru Islam atau Tahun Hijriah dilekatkan pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. Proses perpindahan dari Mekah ke Yatsrib untuk membangun peradaban masyarakat dengan nilai-nilai Islam.
"Penanggalan dalam Islam mengikutkan satu momentum hijrah Nabi saw, sehingga pergantian tahunnya disematkan pada momentum ini disebut dengan nama hijriyah. Hijrah bukan sekedar berpindah, hijrah bukan sekedar beralih tempat. Tapi hijrah adalah sebuah komitmen yang dibangun oleh kesadaran nurani kita, spiritual kita, untuk berpindah kepada keadaan yang lebih baik, yang mendekatkan diri kita dengan Allah SWT," jelas UAH.
Terkait sejarah tahun baru Islam, UAH melanjutkan, kondisi Mekah pada masa itu tidak kondusif untuk masyarakat menerapkan nilai-nilai Islam, baik dalam beribadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Maka Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk berhijrah ke tempat dengan suasana yang mampu membangun peradaban masyarakat yang lebih baik.
"Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk berhijrah. Berpindah kepada suasana yang mampu membangun kedekatan kepada Allah dengan lebih nyaman dan lebih baik. Ibadah bisa berlangsung dengan baik, nilai-nilai Islam bisa dipraktekkan dengan baik," jelas UAH.
Namun, Yatsrib bukanlah kota yang makmur, berbagai konflik sosial dan ekonomi terjadi. Tetapi melalui proses hijrah Nabi Muhammad saw berhasil menerapkan nilai-nilai Islam di Yatsrib yang kemudian berubah menjadi Kota Madinah yang penuh budaya baik.
"Yatsrib, saat nabi (datang) penuh dengan resesi ekonomi, penuh dengan konflik sosial yang belum sirna setelah 600 tahun. Yatsrib, penuh dengan persoalan, penuh dengan tantangan. Tapi ketika suasana hijrah itu dibawa, berhasil dipraktekkan, bisa mentransformasikan Yatsrib yang penuh dengan ragam kesulitan yang seperti diuraikan tadi berubah menjadi suasana kota yang penuh dengan budaya baik, membentuk peradaban dan berikan inspirasi, maka mentransformasikan diksinya menjadi al Madinah al Munawwarah sampai sekarang kita kenal," jelas UAH.
Simak awal pengusulan tahun Hijriah..
Awal Pengusulan Tahun Hijriah
UAH dalam ceramah lainnya yang membahas tentang penamaan tahun Hijriah menyebutkan bahwa usulan kalender Islam muncul di masa Khalifah Umar bin Khattab. Saat itu diadakan pertemuan untuk membahas tentang tahun sebagai acuan waktu.
Pertemuan ini digelar setelah terjadi sebuah peristiwa dimana seorang utusan bingung tentang acuan waktu yang tertera dalam perintah tertulis dari Umar bin Khattab.
"Disampaikan oleh utusan ini 'wahai Khalifah, telah sampai kepada kami suatu surat perintah dari Anda, tertulis di atasnya kerjakan ini datang dari bulan Syakban tapi tidak ditampilkan Syakban yang mana yang dimaksud, Syakban yang akan datang atau yang kemarin yang mungkin terlewat saat surat ini sampai'," jelas UAH.
Kemudian yang dilakukan Umar bin Khattab adalah mengumpulkan sahabat-sahabat utama saat itu untuk mendiskusikan peristiwa tersebut. Karena memang belum ada penetapan tahun sebagai acuan dalam kalender Islam.
Terjadilah diskusi antar para sahabat tentang penamaan sekaligus pola tahun kalender dalam masa keislaman. Berbagai usulan muncul terkait penetapan tahun dalam kalender Islam.
"Usulan pertama, penetapan tahun itu berdasarkan kelahiran Nabi Muhammad saw seperti orang-orang masehi menetapkan tanggal Masehi dari kelahiran Al Masih," ujar UAH.
"Usulan tersebut kemudian mendapat penolakan, karena kekhawatiran kemudian Nabi Muhammad saw dikultuskan oleh beberapa orang seperti halnya Isa as dikultuskan bahkan diangkat sebagai Tuhan, itu yang dikhawatirkan," tambah UAH.
Usulan Ali bin Abi Thalib..
"Kemudian ada usulan, sebagian menyebutkan dari Ali bin Abi Thalib, ada yang menyebutkan dari Abu Musa al Ashadi. Singkatnya, ada usulan disampaikan kepada Khalifah bagaimana kalau kita tetapkan berdasarkan hijrahnya Nabi saw, dari Mekkah al Mukarromah sampai kemudian ke Yatsrib, yang kemudian dengan hijrah itu berubah kemudian namanya menjadi Al Madinah Al Munawwarah," jelas UAH.
Dijelaskan kemudian latar belakang usulan tersebut. Pertimbangan yang disampaikan, dengan hijrah itu merupakan masa perubahan dalam keislaman serta di situlah titik-titik perjuangan dalam Islam yang melahirkan kesempurnaan dalam keislaman.
"Di situlah didapatkan kenyamanan dalam ibadah, di situ didapatkan perubahan-perubahan karakteristik, di situ didapatkan persatuan umat Islam," lanjut UAH.
Usulan inilah yang kemudian disepakati menjadi dasar penetapan tahun Islam.
Simak Video "Video: Kenapa Umar Bin Khattab Istimewakan Bulan Muharram?"
[Gambas:Video 20detik]
(tau/asm)