Mahmud Ismaun (53), warga Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang jadi korban pembunuhan KKB di Nduga, Papua sempat menelepon keluarganya. Pria yang bekerja sebagai sopir Bupati Nduga itu menitipkan pesan terakhir agar anak-anaknya saling menjaga.
"Sebelum kejadian itu almarhum bapak telepon saya, dia berpesan, 'nak kamu saling menjaga, kau gantikan juga bapak jaga adik-adikmu, gantikan bapak antar jemput adikmu urus tugas kuliahnya', karena adik saya yang terakhir ini kan sementara kuliah," ungkap Angki (26), anak kedua Ismaun saat ditemui detikcom di rumah duka di Palu, Senin (18/7/2022).
Angki mengungkapkan almarhum ayahnya juga menyampaikan jika berencana pulang pada Jumat (15/7) kemarin. Hal itulah yang membuatnya merasa sangat sedih bersama ibu dan saudaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu yang bikin kami terpukul ternyata bapak betul pulang tapi dalam keadaan tidak bernyawa, memang sudah ada tanda-tanda dari bapak," tuturnya.
Sosok Mahmud Ismaun di Mata Keluarga
Angki kemudian menceritakan sosok ayahnya di mata keluarga. Almarhum dikenal selalu memberikan kasih sayang terhadap anak-anaknya.
"Kami ada empat orang bersaudara, dan bapak selalu berikan kasih sayang, bapak saya saja berangkat ke Papua tinggalkan kami di sini itu demi kami anak-anaknya," tutur Angki.
Angki menjelaskan almarhum adalah sosok pekerja keras. Meski sedang berada di perantauan sejak 2020 lalu, Ismaun tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.
"Sosok bapak ini di mata keluarga adalah bapak yang sangat bertanggung jawab dan paling baik sama anak-anaknya dan keluarganya," imbuhnya.
Dia pun mengaku sangat sangat merindukan sosok ayahnya. Kini, Mahmud Ismaun pun balik ke kampung halaman, namun dalam keadaan tidak bernyawa.
"Saya bersaksi sebagai anak bahwa bapak saya ini orang baik," tandas Angki.
(asm/tau)