Pemkab Sinjai Sulawesi Selatan (Sulsel) mengarantina 5 kerbau yang terindikasi memiliki gejala penyakit mulut dan kuku (PMK). Kerbau suspek PMK ini diketahui pernah dibawa ke Tana Toraja.
"Ada 5 hewan sementara kita karantina. Ada kerbau pernah dibawa ke Tana Toraja padahal kita tahu Toraja saat ini sudah terdeteksi virus PMK," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai Burhanuddin kepada detikSulsel, Kamis (14/7/2022).
Karantina kelima kerbau ini sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi penyebaran PMK. Kerbau suspek PMK ini dikarantina di Desa Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan. Kerbau suspek PMK tersebut akan terus dipantau kondisinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk mencegah penyebaran PMK di Sinjai kami juga akan membuat surat keputusan tentang larangan sapi masuk ke Sinjai. Apalagi saat ini daerah tetangga (Kabupaten Bone) tepatnya di Kecamatan Patimpeng sudah ada 8 ternak sapi positif terkena PMK," bebernya.
Burhanuddin mengungkapkan, menjelang Lebaran Idul Adha kemarin sejumlah pengusaha sapi tidak melintasi lokasi pemeriksaan hewan di wilayah perbatasan yang dijaga petugas. Bahkan ada yang sengaja membawa sapi kurban dengan melintasi sungai, ada juga yang memanfaatkan celah masuk ke Sinjai saat petugas belum berjaga di wilayah perbatasan.
"Tidak disiplinnya pedagang sapi membuat potensi PMK masuk di Sinjai. Sebab sapi yang dibawa peternak tidak diperiksa surat dan kesehatannya," jelasnya.
Namun upaya antisipasi wabah PMK dengan memperketat lalu lintas ternak akan terus dilakukan. Apalagi sampai saat ini di Kabupaten Sinjai belum ada ditemukan hewan ternak terjangkit ataupun mati terkena PMK.
"Setiap mitra Dinas Peternakan di Sinjai khususnya para pedagang untuk disiplin terhadap distribusi peternak. Kami minta tidak asal beli sapi dari luar dan harus memastikan sapi sehat," tukasnya.
(tau/asm)