"Dari hasil uji lab Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros sampel yang kami kirim kemarin positif PMK. Jadi ada 71 kerbau terkonfirmasi, bisa saja bertambah karena kami sementara masih melakukan pemeriksaan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Toraja Utara, Lukas P Datubarri kepada detikSulsel, Jumat, (8/7/2022).
Lukas mengungkapkan virus PMK yang menyebar masuk ke Toraja Utara disinyalir berasal dari kerbau asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang datang beberapa pekan lalu. Kemudian menular ke beberapa kerbau di pasar hewan Bolu, Toraja Utara.
"Beberapa pekan lalu sebelum kasus pertama ditemukan memang ada kerbau dari Bima yang datang. Kemungkinan dari sana karena wilayah Bima memang zona merah PMK," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Toraja Utara melaporkan temuan gejala penyakit mulut dan kuku atau PMK pada 7 kerbau milik pedagang di kawasan Pasar Bolu. Akibatnya kawasan pasar tersebut langsung ditutup untuk mencegah penularan.
"Berdasarkan hasil investigasi tim medis, kami mendapatkan setidaknya ada 7 kerbau yang berada di pasar hewan Bolu memiliki gejala PMK," kata Lukas P Datubarri kepada detikSulsel, Selasa, (5/7).
Lukas mengungkapkan 7 sampel kerbau yang memiliki gejala PMK itu sudah dikirim ke laboratorium tim Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros untuk memastikan apakah 7 hewan ternak itu betul terjangkit PMK.
"Kita belum memastikan ya. Tapi sampelnya sudah kami kirim ke Maros untuk diidentifikasi itu betul PMK atau bukan. Tapi gejala yang kami dapati itu gejala PMK," ungkapnya.
(tau/ata)