Kekhawatiran Pemprov Sulsel Anomali Cuaca Picu Stok Pangan Kurang-Harga Naik

Kekhawatiran Pemprov Sulsel Anomali Cuaca Picu Stok Pangan Kurang-Harga Naik

Tim detikSulsel - detikSulsel
Jumat, 08 Jul 2022 08:30 WIB
Pedagang mejual cabai rawit di Pasar Terong Makassar.
Foto: Pedagang menjual cabai rawit di Pasar Terong Makassar. (Darmawanti Adellia Adipradana/detikSulsel)
Makassar -

Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) khawatir anomali cuaca bakal mengganggu sentra produksi komoditas pangan sehingga pasokan komoditas berkurang. Apalagi stok perlu dipastikan aman agar harga pangan tidak naik jelang Idul Adha.

"Stok aman. Namun kita khawatir cuaca di Sulsel yang tidak menentu atau anomali dapat mempengaruhi produksi komoditas," ungkap Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Imran Jausi kepada detikSulsel, Kamis (7/7/2022).

Menurut Imran, posisi Sulsel selama ini sudah menjadi pemasok komoditas pangan ke provinsi lain dengan menjadi penyangga pangan nasional. Hanya saja stok dikhawatirkan rawan terganggu bila ada anomali cuaca.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kita lihat produksi sekarang, saya kira itu kebutuhan yang besar sekali sementara komoditas ini sangat rawan dengan cuaca yang tidak kondusif. Ada kemungkinan produksi itu tidak maksimal, apalagi ini sudah menjadi kebutuhan nasional. Bila stok kurang kan harga akan melonjak," tuturnya.

Sulsel disebutnya sudah menjadi sentra produksi untuk tiga komoditas pangan. Lahan produksi bawang merah tersebar di 14 kabupaten di Sulsel dengan luas 1.647 hektare. Cabai rawit tersebar di 23 kabupaten/kota dengan luas 957 hektare, dan 17 lahan produksi dengan luas 388 hektare untuk cabai Besar.

ADVERTISEMENT

"Kalau Sulsel terpenuhi (kebutuhan dan stok) yang kelebihan over stok itu yang dikirim ke daerah lain, kalau kita sudah terpenuhi," paparnya.

Kebutuhan pangan di wilayah Sulsel untuk komoditas bawang merah mencapai 1.293 ton, cabai rawit 1297 ton dan cabai besar 597 ton. Sementara stok bawang merah mencapai 14.877 ton, cabai rawit 3.555 ton, dan cabai besar 2.506 ton.

"Jadi sebenarnya produksi kita cukup, over produksi malah. Ini yang dikirim ke wilayah lain," tukasnya.

Dinas Perdagangan (Disdag) Sulsel diketahui sebelumnya mengecek dan menemukan kenaikan harga pangan menjelang Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah di Pasar Pa'baeng-baeng. Disdag mengakui harga pangan yang tinggi disebabkan oleh kekurangan stok untuk pedagang di pasar.

"Kenaikan harga cabai ini disebabkan, kita tidak hanya menyuplai di wilayah kita (Sulsel), tapi kita juga suplai ke Kalimantan, Papua, Maluku dan Sulawesi Utara, dan bukan cuma kita juga yang meningkat mereka juga permintaan semakin meningkat," ujar Kadisdag Sulsel Ashari Fakhsirie Radjamilo kepada wartawan, Kamis (7/7).

Harga cabai dan bawang merah masih tinggi di kisaran Rp 60 ribu per kilogramnya dari harga normal Rp 30 ribu per kilo, seminggu lalu harga cabai sempat Rp 80 ribu per kilogramnya sedang harga bawang merah di Rp 70 ribu per kilogram dari harga normal Rp 25 ribu per kilogramnya. Selain itu, Ashari juga menemukan kenaikan harga telur ayam yang dihargai Rp 40 ribu per rak dari harga normal Rp 32 ribu per rak.

"Selain konsumsi yang naik, persoalan pakan (unggas) juga jadi masalah (faktor kebaikan harga telur)," ujarnya.




(tau/sar)

Hide Ads