Sebuah kapal penumpang rute Kendari-Wanci dihantam ombak di Perairan Kepulauan Buton-Wakatobi. Sebanyak 34 penumpang beserta anak buah kapal (ABK) sempat panik hingga berebut rompi pelampung.
Peristiwa yang menimpa KM Al Sudais 22 itu diketahui berangkat dari Pelabuhan Kendari pada Rabu (22/6/2022) sekitar pukul 09.00 Wita. Kapal dilaporkan dihantam ombak setinggi 2-4 meter sekitar pukul 13.30 Wita di Perairan Kepulauan Buton-Wakatobi.
"Gelombang itu pas posisi kapal di Tanjung Buton, di sana ada pertemuan arus," kata Humas Basarnas Kendari, Wahyudi saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (23/6).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan kru kapal memberi imbauan agar penumpang tetap tenang. Pasalnya sejumlah penumpang sempat dilanda kepanikan hingga berebut rompi pelampung.
"Untuk tindakan, ABK berusaha mengingatkan dari pengeras suara kapal namun karena penumpang sudah terlanjur panik dan langsung mencari live jacket," bebernya.
Namun, Wahyudi memastikan 34 penumpang beserta ABK KM Al Sudais 22 tiba dengan selamat di Pelabuhan Wanci. Dari keterangan kapten kapal, kondisi diperparah dengan kondisi ombak timur.
"Alhamdulillah, informasi dari kapten KM Al Sudais, kapal tiba di Pelabuhan Wanci pukul 17.40 Wita kemarin," ujarnya.
Diketahui insiden kapal penumpang terombang-ambing di perairan sempat viral di media sosial. Dalam video yang beredar, tampak sejumlah penumpang yang panik berburu rompi pelampung saat kapal dihantam ombak. Bahkan air sempat masuk di dek kapal.
"Panik, cemas pokoknya campur aduk. Soalnya ini pengalaman pertama naik kapal diterpa ombak yang sangat kencang," kata salah satu penumpang yang enggan disebut namanya kepada detikcom, Kamis (23/6).
BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan
BMKG mengidentifikasi adanya potensi peningkatan curah hujan dan tinggi gelombang dalam periode sepekan kedepan di sebagian wilayah perairan di Sultra. Kondisi tersebut dipicu oleh peningkatan aktivitas dinamika atmosfer seperti adanya Indeks Osilasi Selatan (SOI) dan El Nino South Oscillation (ENSO).
"Massa udara basah lapisan rendah terkonsentrasi di wilayah Sultra sampai lapisan 700 mb mencapai 70-90%, Index labilitas yang bernilai signifikan dan pola konvektif skala lokal di wilayah Sultra," beber Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Kendari Sugeng Widarko melalui keterangan resminya.
Selain itu, Sugeng mengungkapkan suhu permukaan laut menghangat sehingga menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan cukup tinggi di wilayah Sultra.
"Berdasarkan pantauan pergerakan angin atau streamline-nya terpantau pergerakan angin dari Timur laut hingga Tenggara memasuki Laut Banda Timur Sulawesi di Perairan Wakatobi hingga perairan Baubau dengan kecepatan angin kurang lebih 20 knot," ujarnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG Sultra memprakirakan dalam 7 hari ke depan. Sugeng menghimbau terhadap risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi," ungkapnya.
(sar/nvl)