Guru Lulusan Magister di Pelosok Torut 6 Bulan Mengajar Tanpa Digaji

Guru Lulusan Magister di Pelosok Torut 6 Bulan Mengajar Tanpa Digaji

Rachmat Ariadi - detikSulsel
Sabtu, 11 Jun 2022 04:19 WIB
Guru di Toraja Utara mengajar di pelosok 6 bulan belum digaji.
Foto: Guru di Toraja Utara mengajar di pelosok 6 bulan belum digaji. (dok. istimewa)
Toraja Utara -

Seorang guru tenaga kontrak daerah (TKD), Silva Paranggai (30) di Kabupaten Toraja Utara (Torut), Sulawesi Selatan (Sulsel) rela mengajar di pelosok meski tak digaji selama 6 bulan terakhir. Silva merupakan guru berlatar belakang pendidikan magister.

Silva mengajar di SDN 4 Awan, Desa Batu Lotong, Kecamatan Rante Karua. Dia sudah mengajar di sekolah yang berjarak 70 kilometer (km) dari ibu kota Toraja Utara itu selama 13 tahun.

"Sudah 13 tahun mengabdi di sini. Awalnya masih sendiri, tapi sekarang sudah berdua bersama teman yang ikut berjuang," kata Silva kepada detikSulsel, Jumat (10/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa Batu Lotong dahulunya disebut merupakan daerah transmigrasi. Warga di desa ini sudah sejak dulu sulit mengakses pendidikan yang layak karena jaraknya yang jauh. Keadaan ini membuat Silva memutuskan untuk terus mengabdi menjadi tenaga pengajar di SDN 4 Awan.

"Ini sekolah pembantu. Jaraknya dengan sekolah inti itu sekitar 8 km. Kalau jarak antara Rantepao sangat jauh lagi, naik kendaraan itu sampai 2 jam jarak tempuhnya," ungkap Silva.

ADVERTISEMENT

Silva mengaku termotivasi untuk mengabdi di pelosok karena selama ini banyak warga Desa Batu Lontong belum memiliki ijazah. Silva ingin melihat anak-anak desa memiliki pendidikan yang layak.

"Banyak warga di sini tidak memiliki ijazah. Itu membuat saya untuk menjadi tenaga pengajar di desa ini," ucapnya.

"Harapannya, anak-anak didik saya punya pendidikan layak dibanding orang tuanya. Saya tidak pedulikan masalah pribadi dulu, pendapatan atau apa, saya dahulukan anak-anak dulu," lanjutnya.

Saat ini, Silva tinggal di rumah peninggalan warga transmigrasi bersama satu anaknya. Sebagai guru TKD, dia sebetulnya hanya digaji Rp 1 juta setiap bulannya. Namun sejak Januari hingga Juni 2022 dia belum mendapatkan upah sama sekali.

"Dulu ada gaji Rp 300 per bulan itu dari transmigrasi. Tapi pas diangkat TKD kabarnya dapat gaji Rp 1 juta perbulan, tapi sampai sekarang belum masuk," ucap wanita magister pendidikan itu.

Bersama satu temannya, Silva mengajar 38 peserta didik di sekolah pembantu SDN 4 Awan. Selama mengabdi 13 tahun di sekolah itu, banyak suka duka yang telah ia rasakan. Termasuk berjuang untuk mendapatkan fasilitas yang layak.

"Kalau sekarang tidak pernah pemerintah berkunjung. Ya, kalau makan sehari-hari di desa banyak sayur mayur. Apa adanya aja," ujarnya sambil tersenyum lepas.

Menurut dia, pengabdiannya selama ini dianggap sebagai ibadah. Sehingga, dia tidak memikirkan apa yang diperoleh dari pengabdiannya, namun apa yang bisa diberikan kepada anak didiknya.

"Saya anggap sebagai melayani Tuhan. Kebetulan saya punya ilmu sedikit, jadi saya berusaha membagi apa yang saya punya. Saya ingin melihat manusia-manusia di sini menjadi lebih baik. Itu saja," tutup Silva.




(asm/sar)

Hide Ads