Warga Lingkungan Sudda, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) kesulitan menjual hasil bumi ke wilayah perkotaan karena tak ada jembatan. Akibatnya warga harus menyeberangi sungai dengan perahu kecil bila ingin ke pasar.
"Mungkin sejak ada dunia ini jembatan tidak ada. Sudah lama sekali. Kalau warga ingin ke pasar harus naik perahu, begitu setiap hari," kata Muh Said, seorang warga Sudda kepada detikSulsel, Selasa (7/6/2022).
Muh Said mengungkapkan Lingkungan Sudda kurang lebih dihuni oleh 100 kepala keluarga (KK). Mayoritas pekerjaan warga bertani, berkebun, dan berternak, kemudian hasilnya akan dijual ke pasar di Kota Enrekang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Lingkungan Sudda sama sekali tidak ada sekolah sehingga setiap paginya anak-anak harus berjuang untuk mendayung perahu menyeberangi sungai agar sampai ke sekolah di wilayah perkotaan.
"Tidak ada sekolah atau pasar. Kalau air sungainya deras anak-anak tidak ke sekolah," ungkap Said.
Said menyatakan, sejak dahulu pemerintah selalu merencanakan ada pembangunan jembatan. Tetapi rencana itu hanya sebatas rencana.
"Dari dulu direncanakan terus, tapi tidak ada terealisasi. Mungkin kalau ada jembatan di sini itu akan menjadi sejarah," ucapnya.
Pada 2021 kemarin, Pemkab Enrekang sudah merencanakan pembangunan jembatan Sudda-Enrekang menggunakan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 35 miliar. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda jembatan dibangun.
Kuasa pengguna anggaran (KPA) jembatan Dinas PUPR Enrekang Sultan mengutarakan, hingga saat ini pihaknya belum berani melakukan lelang proyek jembatan. Pasalnya belum ada rekomendasi atau izin dari Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan, Jeneberang.
"Beberapa bulan yang lalu saya dan konsultan perencana telah melakukan persentase dan pemaparan. Tapi hasil dari persentase tersebut pihak balai meminta kepada konsultan perencana untuk menghitung ulang debit air sungai Saddang," jelasnya.
![]() |
Menurut Sultan, pihak balai meyakini jika proyek jembatan itu dibangun maka otomatis debit air sungai Saddang akan bertambah.
"Sampai sekarang kendalanya di konsultan perencana yang belum merampungkan perhitungan ulang debit air. Sehingga pihak balai belum bisa menerbitkan rekomendasi pembangunan," tandasnya.
(hmw/sar)