Warga Desa Rossoan, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) setiap harinya harus menyeberangi aliran sungai yang cukup deras untuk melaksanakan aktivitas. Ini diakibatkan belum adanya fasilitas jembatan penyeberangan yang tersedia di desa tersebut.
"Ada dua titik jalan yang dialiri sungai yakni poros Dusun Dadeko-Leon, dan poros Dusun Leon-Laba. Itu sudah lama terjadi, warga juga sudah anggap biasa," kata kepala Desa Rossoan, Marzuki kepada detikSulsel, Sabtu (21/5/2022).
Marzuki mengutarakan, jalan yang dialiri air sungai itu merupakan jalan kabupaten. Pihaknya kata dia, sudah sering menyampaikan persoalan tersebut di tingkat musyawarah rencana pembangunan (musrembang) tingkat kecamatan dan kabupaten. Namun hingga kini jembatan tak kunjung diadakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau bisa menggunakan dana desa sudah lama saya bangun jembatan. Cuma kita tidak bisa karena ini jalan kabupaten," ujarnya.
![]() |
Jalan tersebut memang menjadi akses utama warga Rossoan. Saat musim hujan tiba, air bah dari gunung menghantam sepanjang jalan utama itu. Warga yang hendak ke kebun hingga siswa yang hendak ke sekolah pun harus bertaruh nyawa.
"Sekolah menengah pertama (SMP) hanya satu di desa ini, itu cuma ada di Dusun Dadeko, jadi jalan ini juga setiap hari digunakan anak sekolah. Biasa mereka antre itu," ucap Marzuki.
Salah seorang peserta didik SMP 8 Dadeko, Andini mengungkapkan, setiap hari dirinya bersama teman-temannya harus menerobos derasnya arus hanya untuk bersekolah. Tak jarang, dirinya harus membuka sepatu saat menyeberangi jalan yang dialiri air.
"Setiap hari kak. Iya pasti mi dibuka sepatu daripada basah kak," ungkapnya.
![]() |
Meski demikian, keteguhan Andini untuk terus bersekolah tak surut. Menurutnya, belum tersedianya jembatan di desanya bukan penghalang.
"Tidak pernah ji terlambat kak, karena pagi-pagi sekali berangkat. Cuma itu airnya dingin kalau kita lewat," bebernya sambil tersenyum lepas.
![]() |
Pantauan detikSulsel pada Sabtu (21/5) lalu, saat kondisi normal tinggi air di sungai tersebut mencapai lutut orang dewasa, dengan lebar jalan yang terputus 15 meter. Saat memaksa untuk menerobos, kendaraan milik warga pun sering mogok. Sehingga, mereka harus bergotong royong untuk mengangkat kendaraan.
"Sudah pemandangan biasa ini. Apalagi kalau tinggi airnya, itu motor ditinggal saja baru orang jalan kaki," ungkap kepala Dusun Leon, M Yusuf.
Ada juga pemandangan menarik di tengah keterbatasan fasilitas jembatan itu. Di sisi jalan, warga sering memanfaatkan air sungai untuk mencuci pakaian.
"Airnya kan dari gunung jadi bersih. Memang warga sering mencuci disini, jadi beginilah warga memanfaatkan kekurangan," beber M Yusuf.
Yusuf pun berharap, agar Pemda Enrekang membangun dua jembatan di Desa Rossoan. Bagi warga, kata dia, kehadiran jembatan akan sangat membantu untuk melancarkan aktivitas warga Rossoan.
"Semoga cepat diadakan, anak sekolah dan warga utamanya pasti sangat terbantu," tandasnya.
Kisah Warga Enrekang Seberangi Sungai Tak Ada Jembatan, Rawan Air Bah Datang
Warga Desa Rossoan, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) setiap harinya harus menyeberangi aliran sungai yang cukup deras untuk malaksanakan aktivitas. Ini diakibatkan belum adanya fasilitas jembatan penyeberangan yang tersedia di desa tersebut.
"Ada dua titik jalan yang dialiri sungai yakni poros Dusun Dadeko-Leon, dan poros Dusun Leon-Laba. Itu sudah lama terjadi, warga juga sudah anggap biasa," kata kepala Desa Rossoan, Marzuki kepada detikSulsel, Sabtu (21/5/2022).
Marzuki mengutarakan, jalan yang dialiri air sungai itu merupakan jalan kabupaten. Pihaknya kata dia, sudah sering menyampaikan persoalan tersebut di tingkat musyawarah rencana pembangunan (musrembang) tingkat kecamatan dan kabupaten. Namun hingga kini jembatan tak kunjung diadakan.
"Kalau bisa menggunakan dana desa sudah lama saya bangun jembatan. Cuma kita tidak bisa karena ini jalan kabupaten," ujarnya.
Jalan tersebut memang menjadi akses utama warga Rossoan. Saat musim hujan tiba, air bah dari gunung menghantam sepanjang jalan utama itu. Warga yang hendak ke kebun hingga siswa yang hendak ke sekolah pun harus bertaruh nyawa.
"Sekolah menengah pertama (SMP) hanya satu di desa ini, itu cuma ada di Dusun Dadeko, jadi jalan ini juga setiap hari digunakan anak sekolah. Biasa mereka antre itu," ucap Marzuki.
Salah seorang peserta didik SMP 8 Dadeko, Andini mengungkapkan, setiap hari dirinya bersama teman-temannya harus menerobos derasnya arus hanya untuk bersekolah. Tak jarang, dirinya harus membuka sepatu saat menyeberangi jalan yang dialiri air.
"Setiap hari kak. Iya pasti mi dibuka sepatu daripada basah kak," ungkapnya.
Meski demikian, keteguhan Andini untuk terus bersekolah tak surut. Menurutnya, belum tersedianya jembatan di desanya bukan penghalang.
"Tidak pernah ji terlambat kak, karena pagi-pagi sekali berangkat. Cuma itu airnya dingin kalau kita lewat," bebernya sambil tersenyum lepas.
Pantauan detikSulsel pada Sabtu (21/5) lalu, saat kondisi normal tinggi air di sungai tersebut mencapai lutut orang dewasa, dengan lebar jalan yang terputus 15 meter. Saat memaksa untuk menerobos, kendaraan milik warga pun sering mogok. Sehingga, mereka harus bergotong royong untuk mengangkat kendaraan.
"Sudah pemandangan biasa ini. Apalagi kalau tinggi airnya, itu motor ditinggal saja baru orang jalan kaki," ungkap kepala Dusun Leon, M Yusuf.
Ada juga pemandangan menarik di tengah keterbatasan fasilitas jembatan itu. Di sisi jalan, warga sering memanfaatkan air sungai untuk mencuci pakaian.
"Airnya kan dari gunung jadi bersih. Memang warga sering mencuci disini, jadi beginilah warga memanfaatkan kekurangan," beber M Yusuf.
Yusuf pun berharap, agar Pemda Enrekang membangun dua jembatan di Desa Rossoan. Bagi warga, kata dia, kehadiran jembatan akan sangat membantu untuk melancarkan aktivitas warga Rossoan.
"Semoga cepat diadakan, anak sekolah dan warga utamanya pasti sangat terbantu," tandasnya.
![]() |
Beberapa waktu lalu saat air bah datang, warga bahkan harus menantang arus deras sambil bersama-sama memikul motor. Aksi ini sempat terekam video dan viral di media sosial, dimana tampak puluhan warga Desa Rossoan saling membantu mengangkat motor melintasi sungai. Mereka terdengar tertawa saling menyemangati.
Terlihat ada 4 orang yang membantu menggotong salah satu motor. Menyusul seorang warga lain yang memanggul motor sendirian melintasi sungai dengan ketinggian air setinggi lutut orang dewasa.
"Memang kalau hujan deras datang pasti kondisinya seperti itu. Karena jalannya memang mesti melintasi sungai. Makanya kalau sungai meluap itu tidak bisa dilalui," kata kepala desa Rossoan Marzuki kepada detikSulsel, Rabu (18/5).
(nvl/nvl)