Nekat Merantau ke Dubai dengan Modal Rp 50 Ribu Bikin Ani Tajir Melintir

Nekat Merantau ke Dubai dengan Modal Rp 50 Ribu Bikin Ani Tajir Melintir

Tim detikSulsel - detikSulsel
Senin, 02 Mei 2022 15:00 WIB
Nur Afni Ramang, warga Soppeng yang kini memiliki perusahaan di Dubai
Nur Afni Ramang, wanita asal Soppeng yang kini punya perusahaan sendiri di Dubai (Foto: Istimewa)
Makassar -

Nur Afni Ramang, wanita asal Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel) nekat merantau ke Dubai hanya bermodal uang Rp 50 ribu. Siapa sangka kini dia tajir melintir karena punya perusahaan sendiri di Dubai.

"Saya tingggalkan Soppeng. Hanya bawa kantong plastik merah isinya dua pasang baju dan uang Rp 50 ribu," ungkap Nur Afni saat ditemui detikSulsel di kediamannya, Jumat (29/4/2022).

Perempuan yang akrab disapa Ani ini mengaku nekat merantau karena ingin terlepas dari jeratan utang. Bila bertahan tinggal di kampung halaman tak ada jaminan utangnya bisa dilunasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena terlilit utang banyak, pasrah sekali ma. Makanya saya tanya teman urus ka ke luar negeri, kemana saja yang penting kutinggalkan Soppeng," jelasnya.

Kenekatannya tersebut juga karena dipicu persoalan rumah tangga. Pernikahannya yang telah dikaruniai dua orang anak harus kandas tahun 2008 lalu. Dia bercerai dengan suaminya seorang ASN di Pemkab Soppeng saat usia pernikahan masuk 6 tahun.

ADVERTISEMENT

"Saya pilih cerai karena (eks suami) suka mabuk, sering begadang, kalau pulang sering marah-marah dan berlaku kasar," jelasnya.

Niat Ani untuk tinggalkan Soppeng bersambut. Dibantu seorang temannya yang menanggung biaya tiket pesawat, dia terbang ke Jakarta.

"Saya diarahkan teman ke Jakarta. Katanya nanti ada yang jemput di sana," tuturnya.

Saat tiba di Jakarta, Ani diminta pergi ke salah satu agen tenaga kerja wanita (TKW). Dia kemudian difasilitasi agen ini berangkat ke Dubai. Semua biaya ditanggung agen.

"Tidak ada uangku keluar sepeserpun. Nanti di Dubai ada juga yang jemput ki langsung diarahkan ke kantor agen TKW. Nanti di sana baru langsung dibawa ke rumah majikan," tukasnya.

Ani Terjerat Utang Rp 200 Juta

Ani mengaku awalnya punya bisnis di Soppeng. Banyak usaha telah dilakoni seperti usaha kuliner, tukang kredit elektronik dan lainnya. Namun dia kemudian memilih beralih fokus ke bisnis peminjaman uang.

"Menjadi semacam rentenir, meminjamkan uang ke orang yang butuh," jelasnya.

Bisnisnya ini awalnya berjalan baik. Nasabahnya terus bertambah sehingga Ani kemudian berani menambah modal. Ani berani meminjam tambahan Rp 450 juta ke kerabatnya karena mendapat nasabah besar saat itu.

"Saya tambah modal ke keluarga. Ini saya pinjamkan dulu Rp 450 juta ke salah satu kepala dinas di Soppeng. Itu bermodal utang ke keluarga," jelasnya.

Ani mengenakan bunga pinjaman 20% per Rp 1 juta pinjaman. Si kepala dinas setuju dan awalnya pembayaran lancar. Namun belakangan masalah muncul saat si kepala dinas dijebloskan ke penjara karena terjerat kasus.

"Cuman ditangkap-mi itu orang (si kepala dinas) padahal pembayaran baru setengah. Baru setengah dilunasi. Ini kemudian bikin saya terjerat utang Rp 200 juta," jelasnya.

Kelola Perusahaan Sendiri

Ani yang terjerat utang kemudian merantau ke Dubai dibantu agen TKW di Jakarta. Dia berangkat tahun 2014 tanpa keterampilan apapun. Bahasa Arab dan Bahasa Inggris tidak bisa sama sekali.

Dia menjadi asisten rumah tangga (ART) selama 7 bulan dan mulai saat itu belajar bahasa Arab perlahan. Kemudian sempat menjadi cleaning service usai ditawari agen TKW karena sempat di fase jenuh ingin kembali ke Indonesia.

"Gaji saat itu (sebagai ART) Rp 2,5 juta," jelasnya.

Ani kemudian mencoba peruntungan lain. Sebuah kantor konsultan penyalur tenaga kerja membuka lowongan kerja. Ani mendaftar bersaing dengan ratusan pelamar termasuk peserta dari Indonesia.

"Saya beruntung diterima. Bekerja sebagai sekretaris di Al Wasaya, kerja selama 7 bulan. Gaji saya 2.500 dirham atau Rp 10 juta per bulan. Jika dapat customer dapat komisi Rp 1 juta per orang. Saya sering dapat 20 orang Arab setiap bulannya. Jadi dapat bonus Rp 20 juta," tuturnya.

Pengalamannya sebagai sekretaris menjadi modal percaya diri Ani membangun perusahaan sendiri di Dubai. Dengan menggunakan nama relasi yang ia kenal di Uni Emirat Arab, Ani mendirikan Alichani Human Resources Consultancy yang mendapat izin dari pemerintah setempat.

"Waktu saya bekerja sebagai sekretaris, ada tawari ka pekerjaan lebih menarik, dan lebih menantang dengan mendirikan kantor konsultan untuk mengurus tenaga kerja wanita," tutur Ani.

Saat ini, Ani mengelola banyak TKW dari Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Afrika ,Ethiopia, Pakistan, dan India. Semuanya diatur ke Arab Saudi, Qatar, Oman, hingga Malaysia.

Beberapa pengusaha Arab disebut Ani sudah mempercayakannya mengelola TKW. Makanya hingga saat ini perusahaan yang dirintisnya terus berkembang. Hanya modal kepercayaan.

"Paling banyak permintaan di Dubai karena negara terkaya. Sedikitnya sekali sebulan yang diterbangkan 50 orang dari Indonesia. Satu pembantu dibayar Rp 80 juta. Orang Arab ini butuh pembantu, bahkan saat saya sementara di Soppeng pulang kampung, masih banyak majikan menelepon," bebernya.

Dia menuturkan tidak pernah membayangkan bisa memiliki perusahaan di Dubai. Apalagi kini dia juga bisa berbisnis pengiriman kayu gaharu ke Dubai untuk bikin parfum, pengharum ruangan. Bahkan bisnisnya sudah merambah ke skincare, dan travel.

"Semua utang sudah saya bayar. Alhamdulillah sudah ada aset, bangun kos untuk masa depan anakku yang memilih tinggal di Soppeng. Anakku satunya lagi saya bawa ke Dubai untuk meneruskan usaha," jelasnya.




(tau/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads