Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menetapkan 5 gunung berapi di Sulawesi Utara (Sulut) naik status menjadi waspada. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan memantau kondisi status gunung.
Indikator perubahan status dari normal ke waspada ini karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik yang terekam secara visual maupun instrumental (seismik, deformasi dan geokimia).
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan lokasi kelima gunung berapi di Sulut yang mengalami peningkatan aktivitas adalah Gunung Lokon, Gunung Soputan, Gunung Ruang, Gunung Karangetang dan Gunung Awu. Hingga saat ini kegempaan Gunung Karangetang dan Gunung Soputan masih tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk Karangetang dan Soputan secara visual dan kegempaan masih tinggi di atas normal. Terutama gempa-gempa vulkanik, guguran dan hembusan," ungkapnya kepada detikSulsel pada Jumat (29/4/2022).
Hendra menambahkan, aktivitas gempa vulkanik dan hembusan Gunung Lokon saat ini juga masih di atas normal. Sementara aktivitas kegempaan Gunung Awu dan Gunung Ruang meningkat signifikan sejak akhir 2021 lalu.
"Untuk Gunung Awu dan Ruang meningkat kegempaan vulkanik secara signifikan sejak Desember 2021 dan April 2022," jelasnya.
Berikut profil kelima gunung berapi di Sulut yang naik status menjadi waspada yang dihimpun detikSulsel:
1. Gunung Berapi Sulut Gunung Lokon
Gunung Lokon terletak di Kota Tomohon Sulawesi Utara (Sulut). Memiliki ketinggian 1579,5 meter di atas permukaan laut.
Mengutip laman Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral karakter erupsi gunung berapi Sulut Gunung Lokon pada umumnya berupa erupsi abu disertai lontaran batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar dan awan panas. Erupsinya berlangsung beberapa hari.
Bila terjadi erupsi besar, maka bahaya utama adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder atau bahaya tidak langsung adalah lahar hujan yang terjadi setelah erupsi apabila turun hujan lebat di sekitar puncak.
Adapun gejala menjelang gunung berapi Sulut Gunung Lokon meletus pada umumnya asap kawah menebal. Selain itu, tingginya berfluktuasi antara 400 - 600 m di atas bibir kawah. Makin lama asap tersebut makin menebal dan suatu saat akan berubah warna menjadi kelabu, yang menandakan bahwa material berukuran abu sudah terbawa keluar.
Periode erupsi Gunung Lokon sebelum tahun 1800 memiliki selang waktu sangat lama yaitu 400 tahun. Tetapi sesudah tahun 1949 menunjukkan peningkatan frekuensi yang sangat tajam, yakni antara 1 - 4 tahun, rata-rata 3 tahun. Erupsi besar terakhir terjadi tahun 1991.
Produk erupsi gunung berapi Sulut Gunung Lokon menjadi sumberdaya alam utama di wilayah sekitar. Yakni berupa produk batu (lava) dan pasir (lahar).
Batuan lava tersebar di bagian timur Gunung Lokon, tepatnya di sekitar Pasahapen. Kini tempat tersebut telah dikelola/ditambang oleh masyarakat maupun perusahaan swasta untuk keperluan bangunan maupun jalan. Begitu pula dengan pasir yang berasal dari lahar, pada aliran sungai Pasahapen.
2. Gunung Soputan
Gunung Soputan terletak di Kecamatan Tombatu, Minahasa, Sulawesi Utara. Ketinggian gunung berapi ini mencapai 1783,7 meter di atas permukaan laut.
Melansir Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Gunung Berapi di Sulut ini terakhir meletus pada Mei 2000 silam. Letusannya bersifat freatomagmatis. Ditandai dengan adanya letusan strombolian berupa semburan material pijar di sekitar kawah.
Fenomena ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Gunung Soputan, sehingga menjadi potensi wisata. Pasalnya fenomena alam tersebut tampak menarik jika dilihat pada malam hari. Sehingga banyak wisatawan yang ingin menyaksikan aktivitas letusan ini dari jarak jauh.
Sifat letusan Gunung Soputan umumnya dalam satu periode kegiatan terjadi beberapa kali letusan, dengan selang waktu antara beberapa minggu hingga beberapa bulan. Seperti yang terjadi pada tahun 1908, 1913, 1915, 1923, 1982 dan 1984, 2000 dan 2008. Tercatat, periode letusan Gunung Soputan yang terpanjang adalah 47 tahun dan yang terpendek adalah 1 tahun.
3. Gunung Berapi Sulut Gunung Ruang
Gunung Ruang atau Gunung Ruwang merupakan salah satu gunung berapi di Sulawesi Utara (Sulut). Terletak di Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan ketinggian 725 meter di atas permukaan laut.
Gunung Ruang merupakan gunung api Sulut bertipe strato dengan kubah lava. Bentuk gunung api Strato seperti kerucut dan punya lapisan lava serta abu yang berlapis-lapis. Gunung api strato terbentuk karena letusan serta lelehan batuan panas serta cair. Lelehan yang kerap terjadi inilah yang menyebabkan lereng berlapis dan disebut strato.
Mengutip Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, erupsi Gunung Ruang berulang kali terjadi dalam sejarah dan tercatat sejak tahun 1808. Bahaya utama dari erupsi gunung berapi Sulut Gunung Ruang adalah hempasan awan panas dan aliran lava yang dapat melanda seluruh pulau.
Sedangkan bahaya terhadap pulau di sekitarnya yang berdekatan dapat berupa jatuhan bom vulkanik, lapili hingga abu panas. Sementara bahaya lahar hanya terbatas di Pulau Ruang saja.
4. Gunung Karangetang
Gunung Karangetang terletak di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut). Gunung berapi ini memiliki nama lain, yakni Gunung Api Siau.
Melansir Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Karangetang memiliki ketinggian 1784 meter di atas permukaan laut. Salah satu gunung berapi di Sulut ini memiliki lima kawah yang terdiri dari Kawah Utama, Kawah II, Kawah III, Kawah IV, dan Kawah V.
Tercatat Gunung Karangetang pertama kali meletus pada tahun 1675. Gunung berapi di Sulut ini termasuk yang sangat aktif di Indonesia. Masa istirahat Gunung Karangetang tercatat sangat singkat, hanya dalam hitungan bulan.
Pada umumnya kegiatan dimulai dengan erupsi asap/abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Kegiatan berlanjut berupa erupsi magmatik (eksplosif) diikuti dengan leleran lava (efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.
Erupsi eksplosif terkadang diikuti oleh awan panas, tetapi yang sering terjadi setiap leleran lava selalu menimbulkan awan panas guguran. Awan panas tersebut terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan rubuh (collapse) karena faktor gravitasi.
Salah satu yang menjadi ciri khas Gunung Karangetang adalah lava yang hampir selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah. Selain itu, peran gempa tektonik (lokal) sangat besar dalam memotori terjadinya suatu erupsi di Gunung Karangetang.
5. Gunung Berapi Sulut Gunung Awu
Gunung Awu terletak di Kabupaten Sangir Talaud, Pulau Sangir Besar, Sulawesi Utara. Salah satu gunung berapi di Sulut ini memiliki ketinggian 1320 meter di atas permukaan laut.
Gunung Awu termasuk gunung berapi Sulut yang mempunyai masa istirahat yang panjang. Meski begitu, setiap erupsinya selalu tergolong besar.
Berdasarkan catatan sejarah Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dari tahun 1640 sampai dengan 1966 telah terjadi 5 kali erupsi yang menelan korban serta kerugian yang cukup besar. Korban manusia yang tewas akibat erupsi gunung berapi Gunung Awu yang tercatat sejak tahun 1711 sampai dengan erupsi 1966 adalah 7.377 orang.
Gunung Awu memiliki karakter erupsi magmatik eksplosif, magmatik efusif, dan freatik. Erupsi Gunung Awu yang utama dapat digolongkan sebagai tipe Sint Vincent atau tipe Volcano.
(tau/tau)