Kronologi Perwira Brimob Polda Sultra Gugur Saat Demo 11 April di Kendari

Kronologi Perwira Brimob Polda Sultra Gugur Saat Demo 11 April di Kendari

Hermawan Mappiwali - detikSulsel
Senin, 11 Apr 2022 20:26 WIB
Jenazah Ipda Imam Agus Husain saat disemayamkan di Brimob Polda Sultra (detikcom/Nadhir Attamimi)
Foto: Jenazah Ipda Imam Agus Husain saat disemayamkan di Brimob Polda Sultra (detikcom/Nadhir Attamimi)
Kendari -

Polisi mengungkap kronologi perwira Brimob Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) Ipda Imam Agus Husain gugur saat tugas pengamanan demo 11 April di Kota Kendari. Ipda Imam awalnya sesak napas di dalam kendaraan taktis (rantis) barracuda.

"Jam 15.45 Wita korban tiba-tiba sesak dan nyeri. Dia di Baracuda, dia itu di dalam mobil Baracuda," kata Kabid Humas Polda Sultra Kombes Ferry Walintukan kepada detikcom, Senin (11/4/2022).

Ferry mengatakan, eskalasi massa ricuh saat demo 11 April di Kendari sebenarnya sudah bubar kurang dari pukul 15.00 Wita. Namun Ipda Imam bersama sejumlah personel saat itu masih berkeliling melakukan pemantauan pascaunjuk rasa ricuh menggunakan rantis barracuda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia kan demo sudah selesai, mereka masih mobile pastikan lagi semua kan, pastikan tidak ada masalah lagi," kata Kombes Ferry.

Kemudian saat berkeliling itulah tiba-tiba Ipda Imam mengeluh sesak dan sakit di dada. Akibatnya korban langsung dilarikan ke RS Bhayangkara Polda Sultra.

ADVERTISEMENT

Setiba di RS Bhayangkara, Ipda Imam langsung diberikan perawatan intensif. Namun korban dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 17.30 Wita.

"Jam 17.30 Wita meninggal jadi sempat dirawat sama Biddokkes," tutur Ferry.

Penyebab Kematian Ipda Imam Masih Misterius

Ferry mengaku belum dapat membeberkan lebih lanjut soal penyebab kematian korban. Dia mengaku masih menunggu perkembangan lebih lanjut.

"Kami masih tanyakan ke Dansat Brimob dan Kabid Dokkes apa penyebab kematiannya," kata Ferry.

Menurut Ferry, mengungkap penyebab kematian korban tak mudah karena harus melalui autopsi. Sementara proses autopsi membutuhkan persetujuan keluarga korban.

"Autopsi kami harus menanyakan dulu sama keluarganya. Kami masih belum dapat klarifikasi dari Kabid Dokkes terkait masalah itu," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, mahasiswa yang ikut dalam demo 11 April di Kota Kendari, Sultra ricuh. Massa melempari gedung DPRD dengan batu.

Pantauan detikcom, Senin (11/4), hingga pukul 13.00 Wita, aksi massa masih berlangsung damai. Hingga akhirnya massa mahasiswa memaksa menerobos barikade polisi di Gedung DPRD Sultra dan kericuhan pun terjadi.

Pada sekitar pukul 13.20 Wita, massa yang terlibat bentrok dengan polisi melempari polisi dengan batu. Mereka juga membakar petasan dan mengarahkannya ke barikade polisi.

Polisi masih terus berjaga namun polisi sempat dipukul mundur akibat ratusan massa terlihat lebih anarkis. Tak hanya melempar batu ke arah aparat keamanan dan gedung DPRD, massa juga merusak pagar seng Kantor Balai Kota Kendari yang berdekatan di wilayah itu.

Massa yang mengindahkan imbauan polisi masih terus melakukan penyerangan menggunakan batu. Polisi pun beberapa kali melepas tembakan gas air mata untuk memukul mundur massa.




(hmw/nvl)

Hide Ads