Pohon Tumbang di Toraja Dibiarkan Tutup Jalan, Harus Melalui Ritual Adat

Pohon Tumbang di Toraja Dibiarkan Tutup Jalan, Harus Melalui Ritual Adat

Arzad - detikSulsel
Kamis, 31 Mar 2022 01:30 WIB
Pohon tumbang di Tana Toraja, Sulsel dibiarkan menutup jalan karena menunggu pemangku adat melakukan ritual sebelum dibersihkan.
Pohon tumbang di Tana Toraja, Sulsel dibiarkan menutup jalan karena menunggu pemangku adat melakukan ritual sebelum dibersihkan. Foto: (dok. istimewa)
Tana Toraja -

Pohon beringin tumbang di Kelurahan Tarangko, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel) dibiarkan menutup jalan. Warga setempat menolak dibersihkan sebelum melalui ritual adat.

"Tokoh adat Ne' Sando belum datang karena berhalangan. Jadi mungkin dalam waktu dekat pohon ini akan dibersihkan atau dipotong setelah Ne' Sando datang," ucap warga setempat Margareta saat dikonfirmasi, Rabu (30/3/2022).

Pohon tumbang pada Rabu (30/3) sekitar pukul 16.30 Wita. Akibatnya pengendara yang melintas terpaksa harus memutar arah untuk mencari jalan alternatif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Margareta mengungkapkan pohon tersebut diminta warga untuk diupacarakan melalui sebuah ritual sebelum dibersihkan. Sebab sebelum tumbang pohon itu mengeluarkan bunyi.

"Sebelum tumbang sudah ada tanda yang nampak yaitu mengeluarkan bunyi. Makanya pohon itu sampai sekarang belum bisa dipotong atau dibersihkan karena pohon ini merupakan salah satu pohon yang dianggap sakral di sini," jelas Margareta.

ADVERTISEMENT

"Dulunya dijadikan tempat memuja arwah para leluhur sehingga disakralkan hingga saat ini," sambungnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tana Toraja Alfian Andi Lolo mengatakan personelnya sudah mendatangi lokasi untuk melakukan pembersihan. Hanya saja batal dilakukan karena masyarakat meminta dilakukan ritual dahulu.

"Waktu anggota saya sampai di sana, masyarakat larang, jangan dipotong atau dipindahkan dulu, karena katanya mau diritualkan dulu," ucap Alfian.

Dia mengatakan pohon tersebut memang dulunya digunakan warga sebagai tempat ritual. Makanya pohon itu dianggap sakral.

"Memang pohon itu oleh sebagian warga setempat kerap dijadikan sebagai tempat melakukan ritual," pungkasnya.




(asm/nvl)

Hide Ads