Sulawesi Selatan (Sulsel) kaya dengan ragam kebudayaannya. Termasuk lagu-lagu daerah Sulawesi Selatan yang masih terus lestari hingga saat ini.
Tema lagu daerah Sulawesi Selatan cukup beragam. Ada yang liriknya menggambarkan kerinduan, semangat hingga problem cinta seperti ditinggalkan kekasih.
"Lagu daerah Sulawesi Selatan punya kekhasan melodi dan sarat makna," ungkap Dosen Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar (UNM), Dr Andi Ihsan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lagu-lagu daerah selama ini biasanya hanya mendapat tempat di panggung-panggung pesta pernikahan, hari jadi daerah atau ajang lomba khusus lagu dengan bertema kedaerahan.
Kini lagu daerah mulai banyak di-cover anak-anak muda. Musiknya diimprovisasi dibuat dengan versi kekinian.
Berikut 7 lagu daerah Sulawesi Selatan populer beserta maknanya:
1. Anging Mammiri
Lagu Anging Mammiri atau dalam bahasa Indonesia berarti angin semilir merupakan lagu tradisional di Sulsel yang berasal dari Suku Bugis. Lagu ini diciptakan oleh Borra Daeng Ngirate sekitar tahun 1940-an. Lagu daerah Sulawesi Selatan ini juga sering menjadi pengiring sebuah tarian atau penyambutan di acara-acara resmi.
Dosen Fakultas Seni dan Desain UNM, Dr Andi Ihsan menjelaskan lagu ini memiliki keindahan melodi. Jika dilihat dari lirik lagunya, Anging Mammiri bercerita tentang kerinduan seorang yang begitu mendalam kepada sang kekasih yang berada di tempat yang jauh.
Rasa rindu itu membuatnya berdiri di ujung jendela sambil melantunkan syair-syair berharap angin menyampaikan pesan tersebut kepada sang kekasih.
"Lagu ini termasuk lagu daerah tempo dulu, dari segi musiknya. Termasuk pesan-pesan yang ingin disampaikan biasanya kalau lagu dulu lebih dalam maknanya tidak sekedar bicara soal kerinduan," katanya, Sabtu(26/3).
2. Sajeng Rennu
Lagu ini juga lagu berbahasa Bugis. Lagu ini belakangan menjadi sangat booming di blantika musik Sulsel. Di radio-radio dan acara-acara hajatan lagu daerah Sulawesi Selatan ini tidak pernah absen dinyanyikan.
Diciptakan Yusuf Alamudi dan Jafar Abu, Sajang Rennu mengisahkan seseorang yang tenggelam dalam dunia asmara yang tidak kesampaian atau patah hati karena impian cinta tak jadi kenyataan.
"Lagu ini lebih menggambarkan kisah cinta anak-anak muda kekinian. Makanya Sajeng Rennu mudah diubah menjadi lagu daerah bergenre pop kekinian," kata Dr Andi Ihsan.
Pesan yang ingin disampaikan dari lagu Sajeng Rennu atau Awwi ini adalah lelaki sejati jangan pernah berikrar untuk menikahi seorang wanita jika tidak betul-betul yakin.
"Apalagi sampai merenggut kesucian dan kehormatan seorang wanita dengan iming-iming cinta sehidup semati. Selain karena berdosa, hal ini menjadi kehinaan yang tidak pantas dimiliki lelaki Bugis," tukasnya.
3. Marendeng Marampa
Lagu ini dikategorikan juga sebagai lagu kebangsaan Suku Toraja di Sulsel. Menceritakan keindahan tanah asal dan sekaligus tentang budaya merantau ke negeri orang yang banyak dilakukan orang-orang Toraja.
"Lagu ini bisa dibilang lagu penyemangat, sering digunakan sebagai lagu pengiring untuk tarian-tarian dalam acara-acara resmi yang sudah ada sejak dulu. Sifatnya sama dengan lagu Anging Mammiri," kata Dr. Andi Ihsan.
Toraja memang dikenal selama ini sebagai salah satu ikon pariwisata Indonesia setelah Bali. Namun kemudian redup dan belakangan kembali bangkit pariwisatanya. Setelah mendengar, sepertinya Anda akan semakin tertarik berkunjung ke Toraja.
4. Ati Raja
Dosen Fakultas Seni dan Desain UNM, Dr Andi Ihsan menuturkan lagu rakyat ini tidak mudah dijangkau dalam tuning kromatis tangga nada diatonik, sebab lagu ini mendekati kromatik lagu-lagu dendang Malayu yang bertangga nada heptatonik yang agak susah untuk dinyanyikan.
Diciptakan oleh seniman bernama Hoo Eng Djie, syair lagu ini mempunyai makna yang begitu mendalam. Lagunya berkisah tentang ungkapan rasa syukur yang dipanjatkan kepada Sang Pencipta. Termasuk menegaskan bahwa Tuhan itu Esa atau satu.
"Di samping itu, lagu ini juga menyuguhkan hubungan antar budaya dan kisah cinta yang sendu antara etnis Tiongkok dengan wanita Bugis di Sulsel." kata Andi Ihsan.
5. Pakarena
Pakarena ini lagu yang sering digunakan sebagai lagu pengiring tarian. Menceritakan dua penghuni negeri yang berbeda yaitu botting langi (negeri khayangan) dan penghuni lino (bumi).
"Lagu Pakarena sama dengan Anging Mammiri dan nyanyian orang-orang dulu yang punya makna yang dalam Bahkan sulit diinterpretasikan secara harfiah,"kata Dr. Andi Ihsan.
Tetapi umumnya oleh masyarakat Sulsel menerima lagu ini dengan pemaknaan menceritakan penantian perpisahan dua negeri yang berbeda. Penghuni botting langi (negeri khayangan) juga mengajarkan penghuni lino (bumi) mengenai tata cara hidup mulai dari cara bercocok tanam, beternak hingga cara berburu.
6. Alosi Ri Polo Dua
Lagu berbahasa Bugis ini berarti pinang dibelah dua. Lagu ini secara umum menceritakan sepasang manusia yang sudah ditakdirkan berjodoh.
Dosen Fakultas Seni dan Desain UNM, Dr Andi Ihsan menuturkan lagu-lagu daerah Sulawesi Selatan tempo dulu kerap menggambarkan bagaimana budaya dan kepercayaan masyarakat saat itu. Lagu Alosi Ri Polo Dua ini adalah salah satu bentuk kepercayaan masyarakat Bugis yang dituangkan lewat lagu.
Menurut kepercayaan jaman dahulu bahwa wanita dan pria yang memiliki kemiripan dalam wajah adalah cocok untuk menjadi suami istri atau berjodoh.
"Lagu ini menceritakan tentang hal itu dan cinta," Dr Andi Ihsan.
7. Balo Lipa
Ini salah satu lagu daerah Sulawesi Selatan berbahasa Bugis yang cukup populer. Bahkan seperti jadi lagu wajib di setiap pesta pernikahan. Lirik lagunya sangat mengandung makna yang sangat dalam.
Mengisahkan kisah cinta seseorang yang kandas karena ditinggal nikah oleh pasangan melalui Balo Lipa (motif sarung).
Lagu ini ingin menggambarkan cinta dari kekasihnya itu hanya ibarat motif sarung. Rasa menyukai, menyayangi motifnya saat sarungnya masih baru.
"Namun ketika sarungnya sudah lama, dan sarungnya menjadi kusam serta motifnya tidak lagi terlihat indah seperti saat sarung itu masih baru sehingga lama kemudian nantinya akan merasa bosan dengan sarung tersebut dan lambat laun akan dilupakan," tutur Andi Ihsan.
(tau/hmw)