Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XIII Makassar bakal mengusulkan rencana pelebaran poros Maros-Bone ke pemerintah pusat. Pelebaran diharapkan bisa mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di ruas jalan tersebut.
"Ada wacana seperti itu (pelebaran). Rencananya sepanjang 15 kilometer. Memang sepanjang itu yang sempit," ungkap Kepala Satker Jalan Metropolitan BBPJN XIII Makassar Malik kepada detikSulsel, Sabtu (26//3/2022).
Malik menuturkan, lebar ruas jalan Maros-Bone saat ini memang belum ideal. Malik memberi atensi khusus dari titik km 52 hingga ke titik km 66, ruas ini menyempit sehingga bila terjadi insiden seperti truk mogok, maka otomatis menimbulkan kemacetan parah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lebar jalan aspalnya hanya 5 sampai 6 meter. Pinggirnya sudah bebatuan. Jadi sempit memang," tutur Malik.
Malik menegaskan kondisi jalan ini memang belum ideal sesuai standar jalan nasional. Untuk diketahui, jalan nasional, harus memiliki lebar minimal 7 meter kemudian ada tambahan bahu jalan 2 meter di kiri kanannya.
Namun Malik tak menampik rencana usulan pelebaran jalan tersebut tak akan mudah. Pasalnya, kiri dan kanan ruas jalan Maros-Bone merupakan kawasan hutan lindung.
"Nanti kita lihat bagaimana. Apalagi ada kawasan hutan lindung juga. Namun bila untuk kepentingan jalan saya kira tidak masalah," jelasnya.
Jalur ini sebenarnya pernah mendapat penanganan lewat proyek elevated road di era Gubernur Syahrul Yasin Limpo (SYL). Namun hanya dikerjakan sampai pada segmen I sepanjang 1,478 kilometer dengan panjang jalan layang 316 meter. SYL saat itu bahkan mengusulkan agar kelanjutannya dibuatkan terowongan.
"Kelanjutannya tergantung perencanaan nanti. Juga menyesuaikan anggaran. Mudah-mudahan pak Gubernur juga membuka komunikasi ke Menteri PUPR di Jakarta," bebernya.
Jalur Maros-Bone atau Poros Camba ini diakuinya salah satu jalur penting. Terutama bagi warga di area Bone dan sekitarnya, termasuk lalu lintas logistik atau barang dari Makassar ke Kendari juga melintas di jalur darat ini.
"Makanya memang perlu segera perhatian. Kita juga sebenarnya berharap para pengguna jalan termasuk truk-truk bisa patuh aturan agar tidak memuat barang melebihi tonase agar insiden as patah tidak lagi terjadi karena bisa menimbulkan kemacetan," tukasnya.
Sebelumnya, ruas Jalan Nasional Maros-Bone di kawasan hutan Karaenta di wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dikeluhkan pengguna jalan karena kerap mengalami kemacetan parah. Kemarin, sejumlah pengguna jalan kesal terjebak macet berjam-jam.
"Terjebak ka kemarin macet selama 5 jam. Saya melintas subuh baru bisa lepas dari jebakan macet pukul 09.00," ungkap sopir truk asal Soppeng Adi kepada detikSulsel, Sabtu (26/3).
Dia menuturkan kemacetan ini dipicu akibat adanya truk yang mogok tepat di tikungan. Akibatnya, kemacetan parah pun tak terhindarkan karena kondisi jalanan yang sempit.
"Macet berkilo-kilo itu bukan main. Ada kayaknya ada 10 kilometer sampai 20 kilometer itu macetnya. Ada truk rusak dan menutupi separuh badan jalan. Ada teman yang malah 2 kali dalam minggu ini terjebak macet di sana," jelasnya.
Sopir lainnya, Kimmang juga mengeluh karena mobilnya harus tertahan berjam-jam. Dia memilih kemudian memilih transit di salah satu warung di pinggir jalan.
"Saya sempat berhenti dulu, istirahat di warung. Teman-teman yang sudah terlanjur terjebak menghubungi dan meminta baiknya melintas pas tengah malam saja atau subuh," tukasnya.
(tau/hmw)