Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengestimasi proyek kereta api Makassar-Parepare dengan rute Barru-Maros bisa rampung Oktober tahun ini. Progres konstruksi sudah rampung 89%, apalagi tak ada lagi kendala pembebasan lahan.
"Oktober ini kita target rampung semua. Saat ini sudah rampung sekitar 89%," ungkap Kepala BPKA Sulsel, Andi Amanna Gappa kepada detikSulsel, Selasa (22/3/2022).
Dia menyebutkan untuk segmentasi Barru-Maros masih ada spot-spot pekerjaan tanah yang belum selesai. Kalau cuaca membaik pekerjaan tanahnya bisa tuntas dalam waktu dekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kendala pembebasan lahan tidak ada lagi. Makanya ini fokus pengerjaan konstruksi relnya," bebernya.
Sesuai data BPKA Sulsel per 15 Februari, untuk lokasi proyek di Kabupaten Barru, di segmen B sepanjang 26,1 kilometer dari Stasiun Palanro ke Stasiun Takkalasi sudah rampung 100%.
Kemudian untuk segmen C dengan panjang rel 16,1 kilometer dari Stasiun Takkalasi ke Stasiun Tanate Rilau sudah tuntas.
Kemudian akses masuk ke Pelabuhan Garongkong sepanjang 4,7 kilometer konstruksinya sudah 85,59%. Selanjutnya segmen D sepanjang 67,1 kilometer dari arah Stasiun Tanate Rilau Barru melewati Pangkep ke Stasiun Mandai Maros sudah hampir tuntas. Pekerjaan konstruksi di Pangkep 95,49% sementara di Maros sudah mencapai 86,64% konstruksinya.
"Setelah beroperasi nanti kita harap ada perubahan kebiasaan. Beralih dari moda transportasi roda empat dan roda dua ke kereta api. Nanti kami akan lakukan sosialisasi secara kontinu," tegasnya.
Seperti diketahui, proyek KA ini juga mulai direncanakan segera memulai konstruksi untuk rute ke arah Makassar. Namun Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto mengusulkan agar rute lanjutan ke Makassar untuk proyek kereta api (KA) Makassar-Parepare dibuat melayang. Namun Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulsel menilai usulan ini akan membuat anggaran yang disiapkan bisa membengkak menjadi Rp 1,6 triliun.
"Jadi ada aspirasi dari daerah. Di tengah konsultasi (perencanaan), Pak Wali kota (Danny) mengusulkan agar (rel kereta) jangan lagi di bawah (di tanah) tetapi dibuat bentuknya melayang, di atas," ungkap Kepala BPKA Sulsel Andi Amanna Gappa kepada detikSulsel, Minggu (20/3).
Dia menuturkan, bila usulan Danny diakomodir maka dokumen perencanaannya perlu ada penyesuaian lagi. Lantaran desain awal tidak melayang namun relnya dibangun di atas tanah. Selain itu, bila perencanaan diubah menjadi melayang maka berdampak pada kebutuhan anggaran konstruksinya akan membengkak. Kebutuhan anggaran sesuai perencanaan saat ini hanya Rp 600 miliar.
"Namun jika relnya diubah melayang, (anggaran) bisa mencapai Rp 1,6 triliun. Ini baru proyeksi, sekadar perkiraan saja karena kami belum merinci. Kalau lebih mungkin lebih tetapi kira-kira hitungan kasarnya seperti itu,"katanya.
Saat ini kelanjutan segmen proyek KA Sulsel dari Maros ke Makassar dalam proses perencanaan. Saat ini sudah memasuki tahapan penetapan lokasi untuk rute rel ke Stasiun Parangloe di Makassar.
"Jadi kita mulai untuk kelanjutan proyek dari Stasiun Mandai (Maros) ke Stasiun Parangloe di Makassar. Ini panjang relnya sekitar 6 kilometer," jelasnya.
(sar/tau)