"Dikurung karena biasa berteriak, bawa parang, akhirnya tetangga takut semua, apalagi suka mengamuk," ujar Samadia kepada wartawan, Selasa (8/3/2022).
Kondisi BH di jeruji besi cukup memprihatinkan karena lokasi jeruji yang sempit dan dekat kandang ayam yang jorok. Namun warga terpaksa mengurungnya ke kandang besi karena BH kerap tiba-tiba mengamuk dan mengancam keselamatan warga.
"Pernah juga dipasung, tapi lepas, makanya dibuatkan kurungan jeruji besi," kata Samadia.
Menurut Samadia, sudah lebih 10 tahun BH divonis sebagai ODGJ. BH juga telah berulang kali dibawa ke rumah sakit untuk jalani pengobatan, namun kondisi BH tidak kunjung membaik.
"Sudah sering dibawa ke rumah sakit. Keluarga juga sudah berkeliling cari orang pintar untuk obati, namun tidak mempan. Kondisi BH masih seperti sekarang," tuturnya.
BH Diduga Kena Guna-guna Wanita
Dengan mata berkaca-kaca. Samadia menceritakan awal mula perubahan perilaku BH hingga membuatnya harus menjalani hidup dalam kurungan. BH awalnya baru pulang bekerja dari daerah pegunungan.
Kepada keluarganya, BH sempat bercerita, bahwa dirinya terkena guna-guna dari wanita yang menaruh hati kepadanya. Namun BH mengaku tak membalas cinta wanita tersebut.
"Setelah dari gunung mulai sakit. Katanya pernah ada yang suka sama dia, tapi ditolak. Sejak saat itu mulai sakit, tidak waras," terang Samadia sembari menyeka air matanya.
BH kini dikurung dalam jeruji besi berukuran satu kali satu meter, berdampingan kandang ayam di kolong rumah. Karena ukurannya sangat sempit BH jadi kesulitan bergerak, walau sekedar untuk meluruskan tubuhnya.
Seluruh aktivitas BH dilakukan dalam jeruji mirip ruang tahanan ini. Mulai dari makan, tidur, hingga buang kotoran. Agar tidak kedinginan apalagi saat hujan mengguyur, sekitar jeruji tempat BH dikurung, ditutup menggunakan terpal.
Sehari-hari, anak ketiga dari lima bersaudara ini bertahan hidup dalam pengawasan kakak sulungnya bernama Rusdi. Kedua orang tua BH telah lama meninggal. Sementara saudaranya yang lain telah berkeluarga dan tinggal di daerah lain.
Untuk memenuhi kebutuhan BH, Rusdi yang belum berkeluarga, mengandalkan penghasilannya sebagai pekebun. Namun hasilnya tidak maksimal, apalagi BH kerap mengamuk jika ditinggal pergi.
"Sangat sulit, karena tidak bisa kemana-mana. Biasa mengamuk kalau saya terlambat pulang. Makanya sangat berharap bantuan biaya hari-hari, karena kesulitan penuhi kebutuhannya. Apalagi saya cuman tinggal berdua di sini," ungkap Rusdi dalam wawancara terpisah.
Rusdi mengaku tidak punya pilihan selain mengurung sang adik, teman hidup satu-satunya. Dia juga mengaku pernah menjadi sasaran amukan BH ketika terlepas. Diakui, seluruh barang di rumahnya juga habis dirusak BH ketika mengamuk.
"Saya sudah sering dipukul, bukan cuman saya, waktu orang tua masih hidup, juga pernah dipukul. Makanya terpaksa dikurung seperti sekarang, apalagi masyarakat juga khawatir,"tandas Rusdi.
Beruntung, selama ini BH masih kerap mendapat kunjungan dari petugas kesehatan dan relawan peduli ODGJ yang memberikan perhatian. Saat ini, pihak keluarga sangat mengandalkan bantuan obat dari Puskesmas yang diberikan secara rutin untuk menenangkan BH agar tidak mengamuk.
"Saya sangat kasihan dengan kondisinya, tetapi kami juga tidak dapat berbuat banyak. Sekarang hanya bisa berharap bantuan, agar kondisi BH bisa sembuh seperti dulu lagi," tutur Rusdi pasrah.
(hmw/nvl)