Penularan COVID-19 di Sulawesi Selatan (Sulsel) bertambah sebanyak 1.626 kasus hari ini. Penambahan itu membuat kasus aktif COVID-19 di Sulsel menjadi 16.938 pasien.
Berdasarkan data Satgas COVID-19, yang diterima Jumat (25/2/2022) kasus positif baru ini mengalami penurunan drastis. Dibandingkan hari sebelumnya, kasus terkonfirmasi positif COVID sempat menyentuh angka 2.709 kasus.
Sementara itu, ada penambahan kasus sembuh sebanyak 818, sehingga kini totalnya menjadi 111.032 atau 85,23 %. Sementara kasus meninggal tercatat ada 9 orang, sehingga totalnya menjadi 2.308 orang atau 1,77 %.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan hingga saat ini sudah ada 130.278 atau 13,00 % kasus yang ditemukan di Sulsel. Kasus itu berdasarkan jumlah testing sebanyak 2.128.640 yang dilakukan selama Corona masuk ke Sulsel.
Adapun sebaran harian di setiap kabupaten/kota paling tinggi terjadi di Kota Makassar sebanyak 759 kasus. Kemudian disusul Kabupaten Gowa 168 kasus, Kabupaten Luwu Timur 99 kasus, Kabupaten Tana Toraja 90 kasus, Kabupaten Maros 80 kasus, dan Kabupaten Barru 51 kasus. Sedangkan kabupaten/kota lain ada penambahan di bawah 50 kasus.
Sementara itu cakupan vaksinasi COVID-19 saat ini sudah mencapai 5.916.800 atau 83,83 % untuk dosis pertama, 3.943.546 atau 55,87 % dosis kedua, dan 141.750 dosis ketiga alias booster.
Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel Arman Bausat mengatakan Sulsel sudah berada di gelombang ketiga COVID-19. Angka kasus saat ini sudah melampaui gelombang kedua pada Juli-Agustus 2021 lalu dengan jumlah 7.419 kasus.
"Walaupun kasus harian meningkat secara tajam namun angka rawat inap dan kematian cenderung lebih rendah dibanding lonjakan kasus COVID-19 gelombang 2," ungkap Arman, Rabu (23/2) lalu.
Dia menuturkan vaksinasi yang telah dilakukan membuat tingkat keparahan lebih rendah. Meskipun vaksin tidak efektif 1.000 persen mencegah seseorang terpapar namun vaksin memberikan manfaat mencegah gejala berat dan kematian.
"Percepatan vaksinasi harus dilakukan terutama menyasar kelompok rentan seperti lansia. Prokes dan PPKM harus dilakukan tetap secara konsisten untuk meminimalkan kontak erat dan mobilisasi," terangnya.
(asm/nvl)