Pria bernama Hendry Johanes (36) di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) tak begitu terpengaruh dengan kelangkaan dan meroketnya harga minyak goreng belakangan ini. Ini karena Hendry dan istrinya, Elis Purede (36) memproduksi minyak goreng sendiri sejak 2018 lalu.
"Mulai dari tahun 2018. Jadi dari situ kita sudah konsisten memakai minyak kelapa sebagai minyak goreng sehari-hari," kata Hendry saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Kamis (24/2/2022).
Hendry dan istrinya sudah lama tidak bergantung dengan produk minyak goreng kemasan yang dijual di pasaran. Keduanya justru menerima banyak pesanan minyak goreng dari kelapa gara-gara harga minyak goreng kemasan yang masih dijual di harga eceran tertinggi (HET).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendry kemudian bercerita soal proses awal pembuatan minyak kelapa. Menurut dia, awalnya kelapa tua itu dikumpulkan untuk dikupas dan daging kelapa yang telah dipisahkan diparut.
"Bahan baku kita dapat dari (kelapa) milik sendiri," kata dia.
Dijelaskan Hendry, proses pembuatan minyak kelapa ini membutuhkan waktu satu hari. Prosesnya dapat dimulai dengan pemisahan kelapa dari sabuknya, kemudian diambil dagingnya untuk diparut.
"Untuk proses pembuatan minyak kelapa ini membutuhkan waktu satu hari. Itu dimulai dari proses pemisahan batu kelapa dengan sabuk kelapa, terus kita ambil dagingnya untuk kita giling," kata Hendry.
Pemarutan dilanjutkan dengan memisahkan santan kelapa dengan ampasnya. Selanjutnya santan yang telah disaring perlu didiamkan selama satu malam supaya dapat menghasilkan sari minyak kelapa murni.
Santan kelapa yang telah didiamkan perlu dimasak supaya sari minyak kelapa murni mudah dipisahkan. Dalam proses itu semua hasil rendaman kelapa berisi minyak tersebut diambil bagian atasnya untuk diisi dalam sebuah wajan yang sudah panas. Proses pemanasan hingga mendidih selanjutnya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
"Ambil pisahkan santannya dengan ampas. Setelah itu kita diamkan selama semalam. Besok harinya kita masak atau panaskan, itu sudah jadi," jelas dia.
Dia mengatakan jumlah produksi minyak kelapa disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan. Jadi kata dia, apabila produksi hanya untuk kebutuhan rumah tangga dalam satu minggu, maka kemungkinan jumlah yang diproduksi hanya 1 liter.
Namun, ketika ada permintaan pelanggan atau keperluan penjualan, maka akan diproduksi lebih dari itu.
"Kalau maksimumkan dalam sehari kita maksimum sampai dengan 120 biji kelapa. Dalam satu liter kurang lebih 14 buah kelapa," katanya.
Dampak Mahalnya Minyak Goreng Kemasan
Hendry mengatakan turut prihatin karena harga minyak goreng kemasan di pasaran melonjak naik. Namun dia bersyukur karena kenaikan harga tersebut tidak berdampak terhadap kebutuhan rumah tangganya.
Hendry mengungkapkan, saat terjadi kelangkaan minyak goreng kemasan, produksi minyak goreng miliknya ikut mengalami peningkatan. Dia menduga hal ini terjadi karena masyarakat beralih ke minyak goreng tradisional.
Dikatakan Hendry, untuk kebutuhan rumah tangga saat ini ada banyak masyarakat yang telah memesan produknya. Namun dia mengaku tetap menjaga harga normal meski permintaan terus meningkat.
"Mereka membeli produk kami. Ini memang kami produksi dari biasanya mungkin 50 botol sudah sekitar 70 botol dalam 2 minggu. Untuk produk kami harganya Rp 25 ribu per botol,"ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini pembeli minyak buatannya adalah masyarakat Kota Manado. Meski begitu dia mengaku cukup dengan hasil produksinya.
"Sudah banyak, mungkin sekitar 20 langganan. Cukuplah buat kami. Jadi hasil penjualan kami ini bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari," tutur Hendry.
(hmw/hmw)