Pengamat Unhas Nilai Serangan Rusia ke Ukraina Bisa Picu Perang Nuklir

Pengamat Unhas Nilai Serangan Rusia ke Ukraina Bisa Picu Perang Nuklir

AndiNurIsman Sofyan - detikSulsel
Kamis, 24 Feb 2022 15:39 WIB
Rusia telah melakukan serangan rudal terhadap infrastruktur Ukraina. Ini dia penampakan sisa-sisa rudal yang hantam Ukraina.
Foto: Penampangan rudal yang ditembakkan Rusia ke Ukraina. (Reuters/Valentyn Ogirenko)
Makassar -

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan perang dengan Ukraina, dan dinilai akan memancing keterlibatan Organisasi Pertahanan Militer Atlantik Utara (NATO). Kondisi itu dinilai akan memicu perang nuklir yang membahayakan dunia.

"Dampak yang paling buruk adalah ini bisa mengarah kepada konflik global jika terdesak. Kemudian memancing keterlibatan NATO dan Rusia," ujar Pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Hasanuddin (Unhas), Agussalim Burhanuddin, kepada detikSulsel, Kamis (24/2/2022).

Menurutnya, jika NATO sudah mulai ikut bergerak dalam konflik ini maka semuanya akan berpegang pada konsep detterence senjata nuklir. Hal ini kemudian mengarahkan dunia pada konflik senjata nuklir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika konflik senjata nuklir terjadi berarti kita juga di Indonesia terkena imbasnya. Karena kalau konfliknya terjadi, kiamat dunia," ucap Agussalim.

Konflik antara Ukraina dan Rusia ini sudah berlangsung lama. Pada 2014 lalu sudah diawali dengan aneksasi krimea di mana Rusia membantu pemberontakan di wilayah timur Ukraina, yang merupakan daerah pemberontakan atas pemerintah Ukraina.

ADVERTISEMENT

"Saya sangat yakin bahwa sebenarnya Rusia sudah mengirimkan tentaranya untuk membantu pemberontakan tersebut. Namun kemudian baru kemarin secara besar-besaran militer Rusia mulai memasuki wilayah timur Ukraina," ungkap Agussalim.

Dia menilai konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia ini sebenarnya rumit. Rusia memandang dirinya terancam, begitu juga dengan Ukraina, karena invasi militer Rusia yang sedang dilakukan.

"Kenapa Rusia bisa terancam? Setelah 2012 kemudian Ukraina mengalami krisis politik yang panjang, kemudian ada indikasi bahwa Ukraina akan bergabung dengan kelompok negara-negara barat dalam hal ini NATO dan ini kemudian membuat Rusia merasa tidak aman karena Rusia berbatasan langsung dengan Ukraina," ungkapnya.

Dengan kondisi itu, Rusia lalu mulai mengintervensi. Terutama di wilayah timur Ukraina yang penduduknya didominasi berbahasa Rusia. Mereka pula yang merasa tidak puas dengan keputusan pemerintah di Ukraina saat itu dan melakukan pemberontakan, yang kemudian menjadi ancaman bagi Ukraina.

"Jadi posisinya sama-sama sulit dan kemudian semuanya mengambil tindakan untuk saling mengamankan diri. Nah memang Ukraina mengalami posisi yang sangat sulit saat ini. Kalau perbandingan secara militer dia berada jauh di bawah Rusia," bebernya.

Sebelumnnya diberitakan, para pemimpin dunia, terutama sekutu-sekutu Ukraina dengan cepat mengutuk serangan militer Rusia di negara tersebut. Negara-negara Barat bersumpah untuk meningkatkan sanksi terhadap Moskow.

Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (24/2/2022),Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan serangan Rusia ke Ukraina tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.

"Doa seluruh dunia bersama rakyat Ukraina malam ini karena mereka menderita serangan yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan oleh pasukan militer Rusia," kata presiden AS tak lama setelah operasi militer Rusia dimulai.

Dia memperingatkan "Rusia akan bertanggung jawab atas kematian dan kehancuran yang akan ditimbulkan dari serangan ini."

"Dunia akan meminta pertanggungjawaban Rusia," katanya.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengajukan permohonan langsung dan pribadi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin setelah sesi darurat Dewan Keamanan PBB, mendesaknya untuk menghentikan serangan "atas nama kemanusiaan."

"Atas nama kemanusiaan, jangan biarkan dimulainya apa yang bisa menjadi perang terburuk sejak awal abad ini di Eropa," katanya.

"Konflik harus dihentikan sekarang," tambah Sekjen PBB, yang mengatakan itu adalah "hari paling menyedihkan" selama masa jabatannya.

Baca berita selengkapnya terkait Invasi Rusia ke Ukraina di sini.




(asm/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads