Gubernur DKI Joko Widodo telah mengeluarkan Surat Pernyataan Siaga Banjir Jakarta. Surat ini berlaku hingga 12 Februari 2013.

Penyebaran garam di awan yang berpotensi hujan berguna untuk mempercepat turunnya hujan di lokasi yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi curah hujan yang turun di Jakarta.

DKI Jakarta tengah ancaman banjir karena curah hujan yang cukup tinggi. Namun provinsi dengan anggaran terbesar di Indonesia ini mampu membiayai modifikasi cuaca seharga Rp 20 miliar.

Ternyata teknologi modifikasi cuaca dipelajari BNPB, TNI AU dan BPPT dari alam. Mereka belajar dari kebakaran hutan yang asapnya membumbung tinggi ke langit akan mengganggu terciptanya awan hujan.

Pemprov DKI menetapkan status siaga darurat banjir sehingga melakukan berbagai cara untuk menangani banjir di Jakarta. Salah satunya dengan melaksanakan modifikasi cuaca.

Biaya modifikasi cuaca di Jakarta mencapai Rp 28 miliar. Modifikasi bertujuan untuk mengurangi intensitas curah hujan di Ibu Kota. BPPT juga menyiapkan 4 lokasi pos meteorologi untuk mengukur temperatur, kelembaban udara dan kecepatan angin.

Badan Nasional Penanggulangan Becana (BNPB) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan melakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan di Ibu Kota Jakarta. Rekayasa cuaca ini menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan anggaran Rp 50 miliar terkait penanganan banjir Jakarta. Alokasi dana ini ditujukan untuk 3 program yang dilakukan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Bambang Musyawardana menyebut jumlah pengungsi banjir di Jakarta hingga petang ini tersisa 1.800 orang.

Untuk memantau langsung wilayah Jakarta yang terkena banjir, TNI AU menyiagakan satu unit Helikopter Colibri. Pesawat tersebut disiagakan di bandara Halim Perdanakusumah dan akan melakukan pantauan udara di seluruh kawasan yang terkena banjir.