Saat ini posisi rumah berada lebih rendah daripada jalan di depannya. Posisi rumah seperti ini sebenarnya tidak bagus untuk kebersihan dan keamanan rumah terutama area halaman dan teras.
Ketika kondisi jalan lebih tinggi daripada rumah, debu dan air dengan cepat menyasar ke area rumah. Debu yang beterbangan karena terbawa angin atau dari kendaraan yang melintas bisa masuk ke halaman.
Kemudian saat hujan, kondisi ini akan jauh lebih buruk jika tidak diimbangi dengan drainase atau selokan yang baik di depan rumah. Tanpa drainase yang cukup, air akan langsung menuju ke rumah dan bisa membuat banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Profesional Kontraktor dari PT Gaharu Kontruksindo Utama, Panggah Nuzhulrizky, penyebab jalanan lebih tinggi daripada rumah adalah adanya peremajaan jalan. Setiap tahun pemerintah daerah akan memperbaiki jalan dengan cara melakukan pengecoran. Namun dalam prosesnya tidak jalan tersebut hanya ditambah lapisan baru di atasnya tanpa pengerukan bagian bawah jalan. Selain itu, posisi jalan yang lebih tinggi dari rumah juga bisa disebabkan karena kontur tanah yang menurun.
Terdapat beberapa cara untuk mencegah rumah kebanjiran saat hujan berdebu dengan posisi rumah seperti itu. Mulai dari cara paling sederhana dengan memaksimalkan drainase atau selokan hingga melakukan peninggian level lantai rumah.
Maksimalkan Drainase di Depan Rumah
Posisi rumah yang lebih rendah dari jalan bisa diantisipasi dengan drainase yang dapat menjadi area pembuangan pertama sebelum masuk ke area rumah.
"Salurannya harus baik, optimal. Jadi di depannya itu harus ada saluran. Jadi strukturnya itu kan, jalan, terus lalu saluran ke bawah, baru gerbangnya. Itu salurannya harus optimal bekerjanya, jangan mampet atau buruk drainasenya," kata Panggah saat dihubungi oleh detikProperti pada Senin (5/3/2024).
Dia juga menyebutkan untuk rumah yang terletak di pinggir jalan raya, seharusnya desain pembangunan jalan tersebut harus dibuatkan drainase sebelum rumah warga. Ketentuan ini disebut dengan Daerah Milik Jalan (Damija).
Membuat Tanggul
Pembuatan tanggul kecil dapat menahan derasnya air yang turun. Panggah menyarankan lokasi tanggul ini berada jauh dari pintu utama.
"Biasanya pake hebel (bata ringan) atau bata merah dibuat tanggul, untuk biaya yang murah. Kalau mau lebih kuat lagi misalnya dicor," jelas Panggah.
Meninggikan Lantai Rumah
Jika drainase dan tanggul tidak berpengaruh untuk mencegah air masuk, maka perlu adanya peninggian level lantai rumah.
Dia menyebutkan untuk menaikkan lantai rumah agar sejajar atau lebih tinggi yang perlu diperhatikan adalah ketinggian plafon dengan lantai. Idealnya tinggi plafon rumah adalah 3 meter. Jika lebih tinggi lebih bagus untuk sirkulasi udara dan cahaya di dalam rumah.
Apabila tinggi plafon tersebut lebih dari 3 meter, maka menaikkan lantai beberapa sentimeter bisa dilakukan lebih mudah.
"Bagian yang ditinggikan dari depan, carport, halaman, terus baru dinaikkan keramik ruangan utama," sebutnya.
Lain halnya jika tinggi atap kurang dari 3 meter, maka atap perlu dibongkar. Untuk rumah dua lantai, peninggian lantai juga akan berefek pada lantai atasnya.
"Biasanya kita lihat di plafon itu kan masih ada sisa untuk dinaikkan atau nggak. Kalau masih bisa dinaikkan, kita naikkan. Kalau nggak bisa dinaikkan kita lihat modelnya beton ekspos, kalau di lantai atas udah lantai 2. Kita ubah konsep rumah," ujarnya.
Perbanyak Sumur Resapan
Membuat biopori atau sumur resapan dapat dilakukan setelah lantai rumah dinaikkan. Pembuatan lubang sumur resapan jika kondisinya air tetap masuk ke halaman rumah.
"Kalau tetap masuk ke halaman rumah atau carport, itu nggak masalah. Nanti solusinya buat biopori, bikin sumur-sumur resapan. Jadi ketika air itu limpah ke arah rumah, cepet kering. Tetapi rumahnya tetap clear (aman dari banjir)," pungkasnya.
(aqi/zlf)