Semua fondasi bangunan terutama bagian luar rumah memiliki masa pemakaian, tidak terkecuali pada penggunaan atap.
Atap adalah fondasi penting pada rumah yang dapat melindungi rumah dari hujan, panas, dan gangguan lainnya. Atap bisa terbuat dari berbagai macam material. Masing-masing bahan memiliki keunggulan, fungsi, dan masa pemakaian yang berbeda-beda. Ketahanan material atap yang digunakan juga tergantung pada faktor alam, kualitas material, hingga lokasi bangunan berdiri.
Maka dari itu saat memasang atap rumah kamu perlu berkonsultasi dengan ahli agar mendapatkan pilihan terbaik. Sebagai gambaran, menurut situs kin.com, berikut masa pemakaian atap berdasarkan jenisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Atap gulungan aspal (bitumen): 5 hingga 10 tahun.
- Atap sirap komposit: 15 tahun.
- Atap sirap kayu atau kayu ulin: 25 tahun.
- Atap genteng tanah liat: 40 hingga 50 tahun.
- Atap batu tulis: 100 tahun.
- Atap asbes: 25-40 tahun.
- Atap beton: 50 tahun.
Tidak seperti fondasi rumah lainnya, atap tidak memiliki tanggal 'kadaluarsa' yang pasti. Atap bisa bertahan lebih lama apabila memiliki material yang berkualitas dan cara pemasangan yang tepat. Cara paling mudah mengetahui atap rumah masih dalam kondisi baik adalah tidak terlihat rembesan air hujan. Namun, kondisi ini bisa dimaklumi apabila terjadi hujan deras disertai angin.
Di luar material atap yang digunakan berkualitas, kamu tetap perlu mengecek kondisi atap setidaknya 2 kali setahun. Untuk jenis atap sirap komposit, aspal, dan kayu biasanya pemeriksaannya perlu dibantu oleh ahli setiap tiga tahun sekali, sedangkan atap genteng biasanya diperiksa setiap lima tahun sekali.
Selain waktu pemakaian yang sudah kadaluarsa, kamu juga bisa mengetahui kapan atap harus diganti. Mengutip dari kin.com pada Jumat (16/2/2024), berikut tanda atap harus segera diganti.
Air, Cahaya Matahari, dan Hewan Masuk ke Dalam Rumah
Gangguan dari luar yang dapat merusak bagian dalam rumah seperti air, cahaya matahari berlebihan, dan hewan seperti tikus yang menerobos masuk dari atap melalui celah.
Cahaya matahari mungkin faktor yang sulit terlihat karena beberapa atap rumah juga ditambahkan plafon sehingga pemilik rumah tidak bisa melihat secara langsung. Sebaliknya, untuk air dan tikus mudah untuk disadari oleh pemilik rumah.
Atap yang bocor akan menimbulkan genangan di plafon dan jika intensitasnya meningkat akan terbentuk lingkaran hitam pada plafon. Sementara itu, tikus juga menimbulkan suara saat berjalan di atap atau plafon, beberapa dari mereka juga akan merusak plafon untuk dapat turun ke bawah.
Atap Berlumut dan Berkarat
Menemukan lumut di atap yang terbuat dari tanah liat seperti genteng adalah hal wajar karena permukaannya pasti lembap terkena hujan ke panas.
Tanda-tanda kelembapan meningkat pada atap rumah bisa dilihat dari bagian insulasi atau peredam panas pada atap dan kemunculan lumut pada permukaan atap.
Atap juga ditambahkan penyangga berbahan logam memiliki risiko berkarat. Biasanya penyangga ini berbentuk V terbalik yang dipasang pada lipatan atap. Jika bagian itu berkarat, air dapat menembus atap rumah.
Sirap yang melengkung
Susunan atap bergeser atau kendur seperti ambles juga bisa menjadi tanda atap perlu diperbaiki. Pergeseran pada susunan atap ini bisa disebabkan oleh derasnya air hujan yang turun, tertimpa pohon atau buah, hingga gempa bumi.
(aqi/aqi)