Mengenal Bangunan Bersejarah Lawang Sewu di Semarang, Apa Benar Punya 1.000 Pintu?

Mengenal Bangunan Bersejarah Lawang Sewu di Semarang, Apa Benar Punya 1.000 Pintu?

Dian Saputra - detikProperti
Senin, 12 Feb 2024 12:06 WIB
Gedung Lawang Sewu Semarang
Lawang Sewu (Foto: Rizqy Nur Amalia/detikINET)
Jakarta -

Lawang Sewu merupakan salah satu gedung bersejarah yang cukup terkenal di Indonesia. Berdiri di Kota Semarang, Jawa Tengah, Lawang Sewu merupakan bangunan sejarah yang dibangun pada masa kolonial Belanda.

Dalam bahasa Jawa, kata 'lawang' artinya pintu. Sementara itu, kata 'sewu' bermakna seribu. Namun, apakah benar Lawang Sewu memiliki seribu pintu?

Jumlah Pintu di Lawang Sewu Ternyata Kurang dari Seribu

Melansir situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Senin (12/2/2024), Lawang Sewu ternyata tidak memiliki seribu pintu. Jumlah asli pintu yang dimiliki oleh bangunan ini adalah 928 pintu. Artinya, bangunan ini kurang memiliki 72 pintu jika harus disesuaikan dengan namanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pada dasarnya, 'sewu' ternyata juga merupakan kata yang mewakili angka yang banyak pada zaman dahulu. Selain itu, dilansir dari situs Center of Excellence Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (12/2/2024), Lawang Sewu juga memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar sehingga masyarakat setempat sering menganggapnya sebagai pintu.

Sejarah Lawang Sewu

Berdiri di atas lahan seluas 18.232 meter persegi, Lawang Sewu mulanya merupakan kantor administrasi kereta api Belanda yang bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Bangunan ini berlokasi di jantung kota, tepatnya di Jalan Pemuda No. 160, Sekayu, Semarang, Jawa Tengah.

ADVERTISEMENT

Lawang Sewu dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1900-an. Setelah masa kolonial Belanda berakhir, Lawang Sewu diambil alih oleh Jepang sebagai markas tentara dan kantor transportasi bernama Riyuku Sokyoku tahun 1942.

Bangunan ini menjadi saksi bisu peristiwa pertempuran lima hari pada tanggal 15-19 Oktober 1945. Pertempuran ini terjadi antara Angkatan Pemuda Kereta Api (AMKA) dan tentara Jepang.

Saat itu, Lawang Sewu menjadi markas tentara Jepang. Sementara itu, AMKA berada di Wilhelminaplein atau Kawasan Taman Tugu Muda yang berdiri tepat di seberang Lawang Sewu.

Dirancang oleh Arsitek yang Berbeda

Lawang Sewu terdiri dari lima bangunan dan dirancang oleh arsitek yang berbeda-beda. Awalnya, Lawang Sewu dirancang Ir. P. de Rieu, seorang arsitek asal Belanda. Gedung C merupakan bangunan yang pertama kali dibuat dan difungsikan sebagai kantor percetakan karcis kereta api pada tahun 1900.

Rancangan pembangunan kemudian dilanjutkan oleh Prof. J. Klinkhamer dan B. J. Oundag setelah Ir. P. de Rieu meninggal dunia. Kedua arsitek ini membangun gedung A sebagai kantor utama NIS. Pembangunan dimulai pada Februari 1904 dan rampung pada Juli 1907.

Selanjutnya, Lawang Sewu diperluas dengan dibangunnya gedung B, D, dan E seiring berkembangnya kantor kereta api Belanda. Gedung B masih dibangun oleh Prof. J. Klinkhamer dan B. J. Oundag. Sementara itu, gedung D dan E dirancang oleh Thomas Karsten yang merupakan arsitek termuda.

Dibangun dari Bata sebagai Simbol Kemakmuran

Lawang Sewu dibangun menggunakan batu bata keramik berwarna oranye. Batu bata sendiri saat itu merupakan simbol kekayaan, kemakmuran, dan kasta tertinggi. Batu bata merupakan material bangunan yang langka dan tergolong mahal pada saat itu.

"Zaman dulu satu batu bata ini ditaksir mencapai 300 ribu harganya. Dan yang unik, cetakannya ada yang melengkung," kata Aris, salah seorang pemandu wisata, dilansir dari situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Senin (12/2/2024).

Kasta yang tinggi ini juga ditampakkan pada jumlah pintu yang banyak. Selain untuk membuat sirkulasi udara menjadi bagus, pintu yang banyak ini menggambarkan citra orang Belanda yang sangat mereka jaga.

Lawang Sewu Saat Ini

Lawang Sewu kini difungsikan menjadi sebuah museum setelah dilakukan berbagai pemugaran dan renovasi. Museum Lawang Sewu menampilkan beragam koleksi benda yang berhubungan dengan kereta api, mulai dari seragam masinis, alat komunikasi, lemari karcis, hingga mesin cetak tanggal untuk karcis kereta.

Lawang Sewu kini menjadi salah satu destinasi wisata yang kaya akan sejarah. Lawang Sewu dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Harga tiket masuk ke Lawang Sewu pun terbilang mewah, yaitu Rp 10.000 untuk dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak.

(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads