Pasar properti dari kalangan generasi muda khususnya milenial dan Gen Z di Indonesia sangat besar. Menurut Wakil Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Ikang Fawzi, dari total 270 juta jiwa penduduk di Indonesia, sekitar 25 persen atau 48 juta jiwa merupakann generasi muda yang berusia antara 27-39 tahun.
"Segmen dari kalangan generasi mud aini memiliki rata-rata penghasilan mencapai Rp 8,5 juta per bulan dan 15 juta jiwa berada di area Jabodetabek. Dari segmen ini saja potensi pasar yang membutuhkan hunian khususnya dari kalangan fresh graduate hingga yang sudah mature bisa masuk ke produk-produk hunian dengan rentang harga Rp300 jutaan hihgga Rp1 miliar," ujarnya.
Kalangan yang merupakan para pencari hunian pertama atau first time home buyers ini sangat berpotensi untuk menjadi penggerak pertumbuhan sektor properti hingga jangka waktu panjang. Hal itu juga bisa dilihat dari terus meningkatnya para pembeli properti dari kalangan muda ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Besarnya potensi dari segmen kalangan muda ini juga disadari pihak perbankan yang menyalurkan pembiayaan properti khususnya KPR maupun KPA. Respon perbankan antara lain dengan menyiapkan berbagai skema pembiayaan dengan fitur-fitur yang menarik dan disiapkan untuk memenuhi kebutuhan generasi muda.
Kriteria lain rumah yang disukai generasi muda terkait huniannya yaitu kedekatan dengan sarana transportasi umum dan isu-isu terkait lingkungan. Konsep green development maupun penerapan sustainable development terus menguat khususnya pasca pandemi, hunian yang dicari bukan lagi aspek keindahan tapi juga kesehatan hingga keamanan.
"Sekarang konsumen sangat memerhatikan faktor kenyamanan dan mengedepankan unsur kesehatan bukan hanya rumahnya tapi seluruh lingkungan kawasan perumahannya. Hal ini juga disadari betul oleh pengembang sehingga dalam pengembangannya sangat memerhatikan faktor kesehatan mulai layout, kualitas udara, pengelolaan air, dan sebagainya," imbuhnya.
Wakil Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Mohammad Solikin yang juga Direktur Utama PT Kinarya Abadi mengatakan, sebagai pelaku usaha di bidang perumahan pihaknya juga mendorong mindset para kalangan muda untuk berinvestasi melalui kebutuhan papannya dibandingkan mengutamakan pengeluaran yang konsumtif.
"Mindset yang harus dibangun saat membeli rumah adalah begitu kita akad kredit maupun membeli secara tunai, besoknya nilai investasi produk yang kita beli itu langsung meningkat sementara kalau membeli mobil itu malah penyusutan. Rumah selain kebutuhan pokok juga bisa menjadi instrumen investasi yang menarik dan pastinya aman," jelasnya.
Sementara itu M. Gali Ade Nofran, konsultan dari Stelar Property mendorong kalangan milenial untuk segera memanfaatkan insentif pemerintah berupa pajak pertambahan nilai yang ditanggung pemerintah (PPN DTP) atau insentif bebas PPN persen yang akan mendorong pertumbuhan bisnis properti.
"Konsumen yang membeli dengan insentif PPN DTP produk rumahnya mendapatkan potongan harga langsung sebesar 11 persen dan ini tentunya akan sangat membantu konsumen. Insentif PPN DTP ini juga akan membuat market menjadi semakin dinamis dan mendorong bisnis properti semakin bergairah," pungkasnya.
(dna/dna)