Bisa Nggak Sih Bangunan Sekarang Sekuat Beton Romawi?

Bisa Nggak Sih Bangunan Sekarang Sekuat Beton Romawi?

Cri Tanjoeng - detikProperti
Senin, 09 Okt 2023 20:02 WIB
People walk near the Colosseum during a heat wave across Italy as temperatures are expected to rise further in the coming days, in Rome, Italy July 17, 2023. REUTERS/Remo Casilli
Foto: REUTERS/Remo Casilli
Jakarta -

Salah satu misteri yang masih dipertanyakan dari bangunan Romawi Kuno adalah bangunan-bangunan ini masih kokoh pada struktur gedungnya. Bahkan para peneliti banyak yang melakukan observasi terhadap bangunan ini dan mencoba cari tahu apakah material beton kuno bisa diterapkan pada beton masa kini.

Dikutip dari The Times of Israel, Senin (9/10/2023), banyak peneliti beralih ke bangunan Romawi untuk mendapatkan inspirasi. Mulai sekitar tahun 200 SM, para arsitek dari Kekaisaran Romawi membangun struktur beton yang teruji oleh waktu dan mengesankan, baik dari kubah menjulang Pantheon hingga saluran air yang kokoh dan masih mengalirkan air hingga saat ini.

Seorang arkeolog di Universitas Victoria di Kanada, John Oleson, juga menyatakan bahwa beton yang dibangun dua ribu tahun lalu juga masih sama hingga saat ini, sekalipun di daerah dekat pelabuhan dimana air laut telah menerjang bangunan-bangunan selama berabad.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan beton modern kebanyakan dimulai dengan semen Portland, yakni bubuk yang dibuat dengan cara memanaskan batu kapur dan tanah liat pada suhu panas yang sangat tinggi dan menggilingnya. Semen itu dicampur dengan air agar menghasilkan campuran kimia reaktif lalu ditambahkan dengan bongkahan material seperti batu dan kerikil. Campuran ini kemudian akan saling terikat menjadi massa beton.

Menurut catatan arsitek kuno seperti Vitruvius, proses pembuatan beton Romawi serupa dengan beton modern. Para pembangun kuno mencampurkan material seperti batu kapur yang dibakar dengan pasir vulkanik, air dan kerikil. Lalu campuran ini menghasilkan sebuah reaksi kimia untuk mengikat semua menciptakan reaksi kimia untuk mengikat semuanya menjadi satu.

ADVERTISEMENT

Namun, melihat bahan tersebut memiliki kekuatan luar biasa hingga saat ini, beton kuno juga bisa memperbaiki dirinya sendiri. Oleh karena itu, para ilmuwan mulai dapat mencari tahu alasan utama mengapa beton Romawi bisa menopang struktur selama ribuan tahun dan sedikit demi sedikit menemukan petunjuk walaupun tepatnya belum jelas.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun ini oleh seorang insinyur sipil dan lingkungan dari Massachusetts Institute of Technology, Admir Masic mengusulkan bahwa kekuatan beton kuno yang kokoh ini berasal dari bongkahan kapur yang tersebar di seluruh material Romawi, bukannya dicampur secara merata. Padahal sebelumnya peneliti dulu menduga bongkahan-bongkahan ini pertanda orang Romawi tidak mencampurkan dengan baik.

Selain itu, dalam beberapa analisis peneliti membuat sampel beton dari kota kuno di luar Roma yakni Privernum. Peneliti menemukan juga bahwa bongkahan ini juga memiliki kemampuan dalam "penyembuhan diri" pada material tersebut. Admir menjelaskan bahwa retakan yang terbentuk ini bisa membuat air meresap ke dalam beton. Air tersebut akan mengaktifkan sisa kantong kapur sehingga memicu reaksi kimia baru yang bisa mengisi ulang bagian yang rusak.

Peneliti asal Universitas Utah dan merupakan ahli geologi, yakni Marie Jackson menemukan bahwa kunci dari pengaktifan material tersebut spesifik terjadi karena material vulkanik yang digunakan oleh orang Romawi.

Para pembangun Romawi akan mengumpulkan batuan vulkanik dari sisaan letusan untuk campuran beton. Bahan reaktif alami ini akan berubah seiring waktu saat berhubungan dan berinteraksi dengan unsur-unsurnya sehingga memungkinkannya menutup retakan yang berkembang. Kemampuan ini membuat respon beton terus beradaptasi dari waktu ke waktu sehingga bisa menopang dengan sendirinya.

Meskipun beton kuno Romawi mampu bertahan lama, beton tersebut tidak dapat menahan beban berat dan pembangun masa kini tidak bisa begitu saja meniru resep kuno. Apalagi jika beton Romawi diterapkan untuk membuat gedung pencakar langit

"Kamu tidak dapat membangun gedung pencakar langit modern dengan beton Romawi, Itu akan runtuh ketika kamu sampai di lantai tiga." tutur John Oleson.

Sebaliknya, para peneliti mencoba mengambil beberapa keistimewaan material kuno dan menambahkannya ke dalam campuran modern. Admir menerapkan beton "penyembuhan diri" untuk membangun proyek yang terinspirasi dari Romawi. Marie juga bekerja sama dengan Korps Insinyur Angkatan Darat untuk perancangan struktur beton yang bisa bertahan dengan baik di air laut layaknya seperti di pelabuhan Romawi dan diterapkan untuk melindungi garis pantai dari kenaikan permukaan laut.

"Kita tidak perlu membuat segala sesuatunya bertahan lama seperti yang dilakukan bangsa Romawi agar merasakan dampaknya. Jika kita menambahkan 50 atau 100 tahun umur beton, kita akan memerlukan lebih sedikit pembongkaran, lebih sedikit pemeliharaan, dan lebih sedikit material dalam jangka panjang," ucap Admir.

(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads