Menurut data dari Google Trends pada tahun 2020, banyak orang di seluruh dunia yang mendesain ulang rumah mereka di tengah karantina COVID-19.
Sejak saat itu, minat ini meningkat dengan pencarian Google melonjak drastis ketika orang-orang di seluruh dunia mendesain rumah modern yang sedang tren yakni sebuah kombinasi antara interior rapi Skandinavia dan Jepang yang minimalis dengan sebutan "Japandi".
Dikutip dari CNN, Kamis (10/8/2023), penulis buku "Japandi Living", Laila Rietbergen mengatakan perpaduan desain ini berasal dari tahun 1860-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menelusuri akar estetika ini berasal dari letnan angkatan laut Denmark William Carstensen, yang mengunjungi Jepang karena paksaan ketika negara itu dibuka setelah dua abad isolasi diri dan menemukan bahwa kedua budaya menghargai kesederhanaan dan keindahan alam sesuai dengan yang ada di dalam bukunya berjudul "Japan's Capital and the Japanese"
![]() |
Kembali ke masa sekarang, desainer interior kontemporer menemukan kesamaan dalam kegemaran nada netral, bahan alami, dan dekorasi minimalis.
"Saya rasa banyak orang mencari gaya yang santai. Estetika gaya Japandi yang tenteram dan menenangkan serta barang-barang pengerjaan yang lebih tahan lama cocok dengan kebutuhan ini," ucap Rietbergen.
Dalam buku Rietbergen, ia menampilkan banyak foto dan rumah ala Japandi dengan sentuhan ruang tamu yang didekorasi dengan lampu kertas dengan bahan halus serta sofa krem yang dibuat oleh desainer Skandinavia.
![]() |
Rietbergen mengatakan, baik desain Skandinavia maupun Jepang menekankan pentingnya alam, tidak hanya melalui warna netral, tetapi juga dengan menggunakan bahan seperti linen dan kayu untuk membangun suasana ketenangan. Seperti dapur yang menambahkan aksen warna coklat dari lemari kayu atau bisa juga tanaman yang menambahkan sentuhan hijau di dalam ruangan.
Hygge dan wabi-sabi
Menurut Rietbergen, kunci dari desain Japandi adalah menciptakan sesuatu yang didekorasi secara lembut dan elegan tanpa ada kekosongan di ruang tersebut,dimana Kamu dapat merasa santai seperti rumah.
Desain ini memiliki dua prinsip yakni "hygge," istilah Denmark dan Norwegia yang menyangkut dengan perasaan nyaman dan hangat, dan "wabi-sabi," konsep Jepang yang fokus pada terima ketidaksempurnaan. Rietbergen mengatakan konsep ini hasil mengutip dari pakar kerapian asal Jepang, Marie Kondo, yang metode penataan rumahnya menjadi fenomena global setelah kesuksesan acara Netflix-nya "Tidying Up With Marie Kondo."
Untuk menghasilkan desain ini, penting sekali untuk fokus pada kerapihan. Rietbergen merekomendasikan untuk perlakukan kerapihan seperti "perayaan" dengan merenungkan apakah barang-barang di sekitar Anda membuat Anda bahagia, dibanding memikirkannya sebagai pekerjaan rumah.
![]() |
Desain Japandi memuliakan pengrajin, seperti pahatan halus lampu ala Isamu Noguchi atau seperti furnitur oleh Carl Hansen, yang menjual kursi wishbone seharga ribuan dolar. Tetapi disisi lain, Rietbergen juga menekankan bahwa estetika ini tidak harus dengan membeli furnitur dari para pengrajin ini dan tetap bisa dicapai dengan anggaran yang terbatas. Lagi pula, desain ini dipercaya dengan filosofinya yaitu "less is more".
Rietbergen menyarankan lebih baik untuk membeli barang bekas selagi menabung untuk beberapa barang menonjol yang dapat bertahan lama selama bertahun-tahun, dibandingkan membeli furnitur murah yang diproduksi secara massal dan tidak bertahan lama. Bagaimanapun juga, keindahan desain Japandi tidak ada kriteria ketat untuk diikuti.
"Setiap rumah menginterpretasi gaya Japandi berbeda-beda. Sangat penting untuk berani membuat pilihan sendiri. Rumah Kamu bukanlah ruang pamer dan tidak boleh menjadi salinan dari sesuatu yang telah Kamu lihat. Bagian penting adalah menambahkan elemen dan item pribadi," ucap Rietbergen.
(dna/dna)