Rumah di Jepang Dianggap Bukan Warisan, Baru 30 Tahun Sudah Dirobohkan

Rumah di Jepang Dianggap Bukan Warisan, Baru 30 Tahun Sudah Dirobohkan

Wildan Alghofari - detikProperti
Selasa, 16 Des 2025 09:39 WIB
Rumah di Jepang Dianggap Bukan Warisan, Baru 30 Tahun Sudah Dirobohkan
Foto: House Design Caffe
Jakarta -

Di banyak negara, rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan aset berharga yang diwariskan antar generasi. Namun di Jepang, justru berlaku sebaliknya. Di balik citranya sebagai negara maju dengan teknologi tinggi, Jepang memiliki budaya hunian yang unik. Rumah jarang dianggap sebagai warisan keluarga dan kerap dibongkar jika dianggap sudah berusia tua.

Hal ini membentuk cara pembangunan yang tidak biasa, di mana rumah dibangun, ditempati selama beberapa dekade, lalu diruntuhkan untuk diganti dengan bangunan baru. Nilai rumah tidak melekat pada bangunannya, melainkan pada tanah tempat rumah itu berdiri. Akibatnya, usia rumah modern di Jepang relatif singkat, meskipun negara ini dikenal memiliki standar teknologi konstruksi yang tinggi.

Fenomena rumah di Jepang dengan siklus bangun, pakai, robohkan, masih menjadi tradisi yang terus berulang. Rumah dianggap bukan aset jangka panjang, melainkan produk konsumsi yang mempunyai masa kadaluwarsa. Pasar properti Jepang juga turut mendukung pola ini. Rumah dengan usia yang sangat tua akan membuat nilai bangunannya menjadi turun secara drastis. Meskipun, Jepang juga mempunyai ribuan rumah tradisional yang tetap berdiri kokoh meskipun usianya tua, pada nyatanya rumah tradisional di sana kurang diminati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah Modern Jepang Jarang Bertahan Lama

Menurut Old Houses Japan, banyak rumah modern dibangun dengan perkiraan umur bangunan hanya sampai 30 tahun saja. Banyak rumah modern di Jepang, terutama rumah yang masa pembangunannya saat pertumbuhan ekonomi, dibangun dengan bahan yang ringan dan kurang tahan lama.

Jepang juga rentan terhadap gempa bumi sehingga peraturan terkait konstruksi juga selalu diperbarui. Hal ini menyebabkan rumah-rumah tua dirobohkan dan dibangun kembali dengan fondasi yang lebih kuat.

ADVERTISEMENT

Pasar properti juga menilai bangunan yang usianya sudah tua, nilai bangunannya akan turun. Banyak peminat tertarik dengan bangunan yang baru dan arsitekturnya yang modern sesuai tren. Oleh karena itu, pemilik rumah lebih memilih membangun ulang daripada merenovasinya.

Rumah Modern Dibangun Cepat

Banyak rumah modern di Jepang dirancang agar proses pembangunannya cepat dan efisien. Penggunaan material ringan seperti panel prefabrikasi membuat konstruksi bisa selesai dalam waktu singkat. Selain itu, perubahan standar bangunan yang sering terjadi membuat rumah lebih praktis jika dibangun baru daripada direnovasi.

Kondisi ini membuat umur rumah modern di Jepang cenderung lebih pendek, biasanya sekitar 20-30 tahun. Nilai bangunan juga cepat turun, sementara nilai tanah tetap tinggi dan stabil. Faktor budaya yang lebih menyukai rumah benar-benar baru semakin memperkuat tren pembangunan cepat tersebut.

Rumah Tradisional Jepang Tahan Lama, Tapi Jarang Diminati

Berbanding terbalik, rumah tradisional Jepang dibangun dengan cara yang sangat berbeda. Bangunan tradisional Jepang, dibangun menggunakan kayu berkualitas tinggi seperti hinoki dan sugi, serta penggunaan tikar tatami yang terbuat dari jerami padi juga dirawat dengan benar, sehingga bisa bertahan puluhan tahun. Desain rumah yang penuh ventilasi juga membuat rumah tradisional tetap sehat di iklim yang lembap.

Namun, karena banyaknya penilaian akan rumah tradisional yang nilainya menurun, rumah tradisional Jepang juga banyak ditinggalkan. Masyarakat Jepang banyak yang kemudian bermigrasi dan tinggal di rumah modern yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Rumah Tua Tidak Dianggap Berharga

Meskipun kuat dan tahan lama, rumah tradisional Jepang juga sering ditinggalkan. Untuk merenovasi atau merobohkan dan membangun ulang, membutuhkan tenaga ahli dan biasa yang besar. Selain itu, lokasi rumah tua kebanyakan berada di desa dan generasi saat ini lebih memilih rumah modern yang praktis. Hal itu, membuat rumah tua justru menjadi akiya, rumah kosong yang menunggu pembeli atau hingga akhirnya rusak dan harus dirobohkan.

Fenomena rumah di Jepang yang jarang dijadikan warisan, menunjukkan bahwa nilai sebuah hunian tidak selalu diukur dari usia atau sejarahnya. Rumah modern diperlakukan layaknya produk konsumsi yang mengikuti tren, aturan pemerintah, dan kebutuhan zaman. Ketika rumah tak lagi sesuai standar atau selera, membangun ulang dianggap jauh lebih masuk akal dibandingkan mempertahankan bangunan lama.

Di sisi lain, rumah-rumah tradisional yang terbukti mampu bertahan ratusan tahun justru perlahan ditinggalkan. Perubahan gaya hidup, biaya perawatan, serta pergeseran nilai membuat banyak rumah tua berakhir sebagai rumah kosong dan cenderung menjadi terbengkalai. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketahanan bangunan tidak selalu sejalan dengan cara masyarakat memaknai nilai sebuah rumah.




(das/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads