Jakarta - Pulau Hashima merupakan salah satu 'kota' mati yang cukup terkenal. Dulu, pulau tersebut pernah jadi area terpadat di dunia, kini jadi kota mati. Ini potretnya.
Potret Pulau Hashima, Dulu Area Terpadat di Dunia Kini Jadi Kota Mati
Dilansir dari Architectural Digest, Pulau Hashima atau dikenal juga sebagai Gunkanjima yang berarti βPulau Kapal Perangβ ini memiliki batu bara yang melimpah dengan kualitas tinggi. Foto: (Thinsktock)
Dulunya, hanya penduduk lokal yang mengelola tambang hingga akhirnya pulau itu dibeli dan dikembangkan oleh Mitsubishi Group pada 1890. Foto: Carl Court/Getty Images
Setiap tahun kawasan itu semakin berkembang. Bahkan pada 1950-an, ada hampir 6.000 orang yang tinggal di sana, menjadikannya kawasan dengan penduduk terpadat di dunia. Foto: Carl Court/Getty Images
Untuk menunjang para pekerja di sana, berbagai fasilitas pun dibangun mulai dari rumah sakit, rumah susun hingga tempat judi. Pada 1916, rumah susun di sana disebut sebagai flat pertama yang dibangun dari beton bertulang. Foto: Carl Court/Getty Images
Akan tetapi, masa kejayaan Pulau Hashima tidak berlanjut. Semakin berkurangnya permintaan batu bara dan sumber batu bara yang tersedia di sana semakin menipis, para penduduk perlahan-lahan meninggalkan pulau tersebut. Foto: (Thinsktock)
Akhirnya pada 1974, perusahaan menutup area tambang tersebut dan juga seluruh pulau. Para pekerja pun diusir karena perusahaan tak lagi mampu mempertahankan struktur bangunan yang sering terpapar lingkungan yang keras. Foto: (Thinsktock)
Pada 2001, perusahaan memberikan pulau itu ke Takashima (dan juga menjadi milik Nagasaki karena dua kota itu digabung menjadi satu pada 2005). Sejak saat itu, Pulau Hashima mulai dibersihkan dan struktur bangunan dibuat lebih aman. Foto: Carl Court/Getty Images
Dilansir dari VICE, bisa dikatakan ilegal untuk menginjakkan kaki di Pulau Hashima. Bahkan, hukumannya kalau tertangkap mengunjungi Pulau Hashima bisa dipenjara 30 hari dan langsung dideportasi. Foto: Carl Court/Getty Images
Tapi, pada 2009 akhirnya pelarangan tersebut dicabut oleh pemerintah Jepang. Setelah pelarangan dicabut, lokasi itu langsung dibanjiri turis. Tapi untuk bisa mengunjungi Pulau HashimaΒ harusΒ menjadi bagian dari tur terdaftar untuk keselamatan pengunjung karena banyak struktur bangunan yang tidak stabil. Foto: Carl Court/Getty Images











































