Jakarta - Desa Houtouwan di Pulau Shengshan, China, mendapat julukkan 'desa mati'. Sebab, desa ini ditinggal pergi semua penduduknya sejak puluhan tahun lalu.
Jejak Hidup di Kota Mati
Potret Desa Houtouwan Diselimuti Lumut, Mati Ditinggal Warganya

Desa Houtouwan dahulu dikenal sebagai desa nelayan.Β Hampir sebagian penduduk desa yang berprofesi sebagai nelayan berhasil meraup keuntungan besar dari menjual ikan di pasar.Β Foto: (Johannes Eisele/AFP/Getty Images)
Menurut data sensus penduduk China, jumlah penduduk Desa Houtouwan mencapai 3.000 jiwa pada 1980-an. Namun memasuki 1990-an, jumlah penduduknya terus berkurang. Sebagian warga memilih meninggalkan desa karena letaknya yang terpencil dan jauh dari dataran China. Foto: (Chen Yongjian/Getty Images)
Pada 2002, seluruh penduduk telah meninggalkan Desa Houtouwan. Kampung ini kemudian dibiarkan terlantar selama puluhan tahun. Saking tak terurus, tumbuhan dan lumut telah menutup rumah-rumah warga hingga ke bagian atap. Foto: (Chen Yongjian/Getty Images)
Tumbuhan dan lumut tak hanya memenuhi tembok dan atap, tapi juga masuk ke dalam rumah warga. Kondisi ini membuat Desa Houtouwan tampak asri dan hijau, tapi terasa sepi dan menyeramkan. Foto: (Johannes Eisele/AFP/Getty Images)
Dilihat sekilas, ada beberapa rumah yang masih berdiri kokoh walau sudah dipenuhi tumbuhan hijau. Namun, tak sedikit rumah yang sudah rusak dan rawan roboh akibat faktor cuaca serta tidak dirawat selama 20 tahun lebih. Foto: Johannes EISELE / AFP
Karena tidak berpenghuni, Desa Houtouwan justru viral di internet pada 2015. Sejak saat itu, banyak wisatawan yang datang ke desa tersebut karena penasaran. Menurut media lokal Xinhua, total ada 90.000 turis yang datang ke Desa Houtouwan pada 2021. Hadirnya turis yang membludak turut menambah pemasukan bagi pemerintahΒ yang mencapai Rp 7,8 miliar. Foto: (AFP/Getty Images)
Walau ramai dikunjungi wisatawan, tapi ternyata hanya sebagian kecil penduduk yang kembali lagi ke sana. Mereka kembali untuk bertugas sebagai tour guide bagi wisatawan yang datang. Jika tertarik berkeliling dan melihat Desa Houtouwan dari atas bukit akan dikenakan tarif sekitar Rp 132.000 per orang. Foto: Johannes EISELE / AFP
Meski sudah tak berpenghuni sejak 2002, Desa Houtouwan tetap memiliki daya tarik tersendiri. Ketika cuaca sedang cerah, hamparan laut biru yang mempesona bisa dilihat dari desa ini. Saat sore, pengunjung bisa menyaksikan langsung indahnya momen matahari terbenam. Foto: Johannes EISELE / AFP