Jakarta - Di tengah hiruk pikuk ibu kota, ada sebuah kawasan padat bernama Kampung Tongkol di Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
Foto Properti
Potret Gulita Kampung Tongkol Jakut yang 27 Tahun Tak 'Kenal' Matahari

Berbeda dengan permukiman lain di Jakarta, kampung ini dijuluki sebagai βkampung tanpa cahaya matahariβ.
Julukan itu bukan sekadar kiasan. Warga di sana memang tak pernah benar-benar merasakan teriknya sinar mentari
Lorong-lorong sempit yang menjadi jalur utama hanya diterangi cahaya lampu, siang maupun malam.
Kampung Tongkol mulai terbentuk sejak 1998.Β Kini, hunian di Kampung Tongkol rata-rata berukuran hanya 4x2 meter.Β Meski sempit, rumah kontrakan ini tetap disewakan Rp300 ribu hingga Rp600 ribu per bulan, lengkap dengan listrik dan air.
Beberapa kontrakan bahkan dua lantai, meski lantai atas hanya berjarak beberapa jengkal dari roda kereta yang melintas.
Lambat laun, pendatang mulai mematok lahan di bawah tanggul rel kereta api dan mendirikan rumah seadanya.Β Mereka hidup dari cahaya lampu seadanya, seakan mengingatkan bahwa di balik gemerlap ibu kota, ada kehidupan lain yang berjalan dalam kegelapan.
Potret Kampung Tongkol menjadi ironi di tengah megahnya Jakarta. Saat sebagian warga menikmati hunian luas dan tunjangan rumah, penghuni kampung ini bertahan dalam ruang gelap tanpa sinar matahari.
Jalan di kampung begitu sempit, motor hanya bisa lewat bergantian.
Anak-anak pun tumbuh tanpa halaman bermain. Masa kecil mereka dihabiskan di lorong-lorong gelap, ditemani suara gemuruh kereta yang lewat hampir setiap saat.
Kampung Tongkol mulai terbentuk sejak 1998. Saat itu, kawasan ini masih berupa rawa-rawa. Lambat laun, pendatang mulai mematok lahan di bawah tanggul rel kereta api dan mendirikan rumah seadanya.