Bekasi - Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang biasa disebut gunung sampah. Di balik itu, banyak warga yang tinggal dan hidup berdampingan dengan kepungan sampah itu.
Foto Properti
Potret Kehidupan Tinggal Berdampingan dengan Gunung Sampah

Seorang pemulung beraktivitas di permukiman yang berdekatan dengan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (16/7/2024).
Tumpukan sampah menjulang setinggi gedung belasan lantai di Bantar Gebang Bekasi. Tak heran, banyak yang menyebut Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang ini adalah gunung sampah yang berada di timur Jakarta.
Soal bau, jangan ditanya. Sejak detikProperti tiba pagi hari di lokasi, bau tak sedap langsung menusuk hidung. Apalagi saat truk besar pengangkut sampah datang hilir mudik. Namun, hal itu tak dirasakan oleh warga setempat.
Sri memiliki tempat tinggal yang paling dekat dengan batas TPST Bantar Gebang. Pemandangan gunung sampah, hilir mudik truk bahkan rumah yang dipenuhi lalat sudah jadi 'makanan' sehari-hari.
Bau dan lalat buat mereka tak masalah. Justru sampah yang selama ini jadi sumber cuan mereka. Mereka berdua adalah pemulung dan pengepul. Jadi, baik Sri dan Riana tak ambil pusing soal itu asal dapurnya tetap ngebul.
Selain Sri dan Riana, banyak warga yang tinggal di sekitaran gunung sampah Bantar Gebang. Ketua RT 01, Jamar sebagian besar warga di wilayahnya adalah pendatang dari luar daerah. Hanya sekitar 200 orang saja yang statusnya warga Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi.
Area permukiman ini berada 500 meter dari gunungan sampah Bantar Gebang. Permukiman hanya dipisahkan jalan besar sebagai akses satu-satunya truk sampah dan kantor TPST Bantar Gebang beserta tempat pengolahan sampah.
Truk-truk sampah di Bantar Gebang terus berdatangan selama 24 jam. Dari jalan utama dekat Mega Bekasi Hypermall, sudah banyak ditemui mobil pengangkut sampah. Pemandangan belakang truk adalah kumpulan lalat beterbangan dan air menetes dari selanya dan meninggalkan bau tak enak.
Tidak jauh dari kantor TPST Bantargerbang ada jalan kecil yang hanya bisa dilalui motor. Di sana area permukiman terdekat bisa ditemui.
Rumah di sana dibagi menjadi 2 macam, permanen dan semi permanen atau biasa disebut gubuk. Rumah permanen bangunannya terbuat dari bata dan atap yang kokoh, sementara itu gubuk hanya terbuat dari triplek, kayu batangan, dan beratapkan terpal.
Namun, kedua rumah tersebut memiliki kesamaan. Layaknya kampung 'nelayan', halamannya rata-rata dipenuhi 'hasil tangkapan' berupa sampah. Kondisinya tidak seburuk gunung sampah. Namun, sejauh mata memandang, setiap halaman rumah pasti ditemui botol gelas, gelas plastik, karung bekas, bekas kemasan sampo dan sabun, dan masih banyak lagi.
Sampah-sampah yang sudah disortir dimasukkan ke dalam karung besar berwarna putih. Lalat beterbangan di sekitar sana. Setiap ada tumpukan sampah datang, hewan kecil itu juga ikut merayakan.
Tidak cukup dengan sampah baru dan lalat, di ujung-ujung rumah mereka banyak karung putih penuh dengan sampah menumpuk.