Inovasi dalam industri bahan bangunan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk yang fungsional, efisien, dan terjangkau.
Salah satu terobosan terbaru datang dari pengembangan atap berbahan UPVC yang menghadirkan solusi atas persoalan klasik pada atap single layer, yakni panas dan tembusnya cahaya matahari.
Inovasi ini tidak hanya menjawab kebutuhan teknis bangunan modern, tetapi juga berhasil mencatatkan prestasi nasional melalui pengakuan resmi atas teknologi yang dikembangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terobosan Teknologi Dual Tone pada Atap Single Layer
Foto: Mattaka |
Atap UPVC dikenal luas sebagai material ringan dan ekonomis, namun selama ini atap jenis single layer kerap memiliki kelemahan berupa sifat menerawang atau tembus cahaya.
Kondisi tersebut menyebabkan panas matahari tetap masuk ke dalam bangunan, sehingga mengurangi kenyamanan ruang di bawahnya. Berangkat dari tantangan tersebut, MATTAKA menghadirkan inovasi teknologi dual tone pada atap UPVC single layer.
Dual Tone adalah sebuah fitur spesial dari Mattaka, di mana atap single layer yang diproduksi memiliki lapisan warna berbeda pada permukaannya, yaitu pada bagian luar (atas) atap, dan bagian dalam (bawah) atap.
Kombinasi ini dirancang untuk menahan tembusnya cahaya tanpa harus menambah lapisan material. Hasilnya, atap tetap ringan dan ekonomis, tetapi mampu memberikan perlindungan maksimal dari paparan sinar matahari langsung.
Direktur MATTAKA Nickchorio menjelaskan inovasi ini lahir dari kebutuhan pasar akan produk yang terjangkau namun tetap berkualitas.
"Kami ingin menghadirkan atap single layer yang tidak menerawang cahaya. Produk ekonomis itu penting, tapi fungsinya juga harus maksimal," ujar Nickchorio, dalam keterangan tertulis, Rabu (17/12/2025).
"Kalau murah tapi tidak nyaman, itu tidak ada gunanya," sambungnya.
Menurut Nickchorio, pendekatan dual tone menjadi jawaban atas dilema antara harga dan performa. Dengan teknologi ini, pengguna tidak perlu lagi memilih antara biaya yang lebih rendah atau kenyamanan bangunan, karena keduanya dapat diperoleh dalam satu produk.
Rekor MURI dan Pengakuan sebagai yang Pertama di Indonesia
Inovasi atap UPVC dual tone tersebut mendapatkan pengakuan nasional melalui Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Proses penyerahan penghargaan dilakukan pada Jumat (12/12) di Kawasan Industri Blessindo, Legok, Tangerang, Banten.
Penghargaan ini diberikan setelah melalui proses verifikasi ketat oleh tim MURI yang menelusuri keberadaan produk serupa di pasar nasional.
Rekor ini menegaskan posisi teknologi dual tone sebagai terobosan baru dalam industri atap nasional. Selain penghargaan MURI, inovasi tersebut juga telah dilengkapi dengan sertifikat paten, sehingga memiliki perlindungan hukum sebagai karya teknologi asli.
Pengakuan ganda ini sekaligus memperkuat kredibilitas inovasi yang dihadirkan dan membedakannya dari produk tiruan yang mulai bermunculan.
"Pengakuan ini penting bagi kami, bukan sekadar soal prestasi, tetapi sebagai penegasan bahwa inovasi ini memang orisinal dan melalui rangkaian proses produksi dengan teknologi canggih dan quality control yang ketat," kata Nickchorio.
Jaga Keseimbangan Harga dan Kualitas
Produk atap UPVC dual tone ini dirancang untuk menjangkau berbagai segmen bangunan, baik residensial maupun komersial. Untuk sektor hunian, atap ini dapat digunakan pada rumah tinggal yang membutuhkan perlindungan dari panas tanpa menambah beban struktur.
Sementara di sektor komersial, aplikasinya mencakup gudang, pabrik, kafe, hingga fasilitas olahraga seperti lapangan padel dan area sport lainnya. Menurut Nickchorio, pendekatan pasar yang luas ini sejalan dengan visi perusahaan untuk menghadirkan solusi bangunan yang inklusif.
"Kami ingin produk ini bisa digunakan oleh semua kalangan, dari perumahan sampai bangunan komersial. Prinsipnya sederhana, bagaimana dengan biaya yang dikeluarkan, konsumen mendapatkan kualitas yang sepadan," ujar Nickchorio.
Nickchorio juga menekankan pentingnya etika industri dalam persaingan harga. Menurut Nickchorio, harga murah seharusnya tidak mengorbankan kualitas, karena pada akhirnya konsumen yang akan dirugikan.
"Harapan saya, kalau seseorang membeli sebuah produk, dengan uang yang sudah dikeluarkan, mereka mendapatkan kualitas yang maksimal. Kami memperhatikan harga, tapi kami juga sangat memperhatikan kualitas," tutur Nickchorio.
Ke depan, MATTAKA berharap inovasi ini dapat diterima luas oleh masyarakat dan berkontribusi pada pertumbuhan industri bahan bangunan nasional. Dengan mengedepankan inovasi yang berpihak pada konsumen, perusahaan menargetkan terciptanya ekosistem produk yang tidak hanya kompetitif dari sisi harga, tetapi juga unggul dari segi fungsi dan daya tahan.
"Inovasi ini kami dedikasikan untuk pasar Indonesia. Harapannya, kami bisa terus berinovasi dan menghadirkan produk-produk yang benar-benar dibutuhkan masyarakat," pungkasnya.
(akd/ega)











































