Wisata Arsitektural: Cara baru yang lebih menyenangkan untuk menghabiskan waktu liburan?
Wisatawan yang travelling ke berbagai daerah, bahkan negara tak hanya disuguhi keindahan alam, tetapi juga arsitektur bangunan yang memukau. Arsitektur sebuah bangunan dapat mencerminkan identitas serta menjadi daya tarik sebuah kota, lho.
Rasanya menjelajahi kota belum lengkap kalau belum mengunjungi landmark hingga bangunan ikoniknya. Tak heran kalau bangunan ikonik dunia sering kali dipadati wisatawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tengok saja Sydney Opera House, mahakarya yang menjadi warisan dunia ini menjadi terobosan dalam arsitektur modern. Bentuk layar-layar pada bangunan dikenal di penjuru dunia, menjadikannya simbol Sydney dan Australia yang modern.
Lalu, ada Louvre Abu Dhabi, salah satu museum yang menakjubkan. Arsitektur bangunannya merupakan sebuah karya seni dengan atap kubah geometris. Kisi bangunan dilapisi 8.000 logam yang menyaring matahari sehingga menciptakan 'hujan cahaya' di interior ruangan.
Kemudian, The Hive NTU Singapore punya bentuk bangunan unik. Dari luar, bangunannya terlihat seperti tumpukan mangkok dim sum. Bagian dalamnya berupa ruangan berbentuk bundar.
Nggak cuma di luar negeri, arsitektur lokal juga nggak kalah menarik. Indonesia punya sederet bangunan yang memadukan budaya dan inovasi.
Menurut BPS, objek wisata komersial termasuk bangunan dan ruang publik turut menyajikan fasilitas dan layanan yang menjadi bagian dari pengalaman wisata. Dalam editorial 'Rapor Biru Pariwisata Nasional' pun disebutkan bahwa sektor pariwisata menyumbang 3,76 persen dari PDB hingga triwulan III 2023.
Lihat saja arsitektur Pura Besakih Bali, pura terbesar di Bali. Pura ini menjadi gambaran keindahan arsitektur tradisional Bali yang sangat kental. Pura ini dibangun dengan sistem tumpang sari, yaitu susunan atap bertingkat yang mencerminkan tingkatan spiritual. Detail ornamennya mencerminkan nilai-nilai religius dan estetika.
Bergeser ke Masjid Raya Sumatera Barat, desainnya menarik perhatian dunia. Masjid Raya tersebut tidak memiliki kubah seperti masjid pada umumnya. Bentuk atapnya seperti atap rumah adat Minang, yakni berbentuk gonjong.
Kemudian terdapat Museum Tsunami Aceh yang dirancang sebagai akumulasi dari memori peristiwa tsunami yang terjadi 26 Desember 2004. Bangunan elegan ini mampu menceritakan perasaan yang muncul dari kejadian tersebut, mulai dari gelap, basah, dan ketakutan.
Selain itu, ruang publik dan bangunan heritage juga memikat wisatawan. Misalnya Jalan Braga Bandung dengan bangunan kolonial yang justru disulap menjadi kafe hits. Begitu pun kawasan Kota Lama Semarang dengan arsitektur lama yang seakan dihidupkan kembali.
Dari segi ekonomi, sektor pariwisata diproyeksikan bisa menjadi salah satu pendorong untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen di 2029. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Indonesia Tourism Development Project (ITDP) National Forum, di Jakarta, Kamis (13/3).
"Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan multiplier effect terbesar dalam perekonomian," kata Airlangga, dikutip dari situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (10/12/2025).
Namun, di balik arsitektur dan bangunan ikonik di mata dunia, pembangunannya tentu tidak mudah. Pasti ada tantangan yang dihadapi, mulai dari pemilihan material, biaya yang tinggi, hingga risiko kehilangan nilai kebudayaan.
Oleh karena itu, setiap pemegang kepentingan seperti arsitek, pemerintah, dan pelaku pariwisata perlu menyusun strategi yang tepat. Hal ini penting untuk mendorong potensi wisata arsitektur Indonesia hingga semakin dikenal dunia.
Nah, kalau mau tahu bahasan lebih lengkap tentang peran arsitektur sebagai magnet pariwisata, ada di Podcast Ruang Ratih by Semen Merah Putih episode 'Tren Healing Akhir Tahun: ArsitekTOUR, Anti Mainstream!'. Nantikan dan jangan sampai ketinggalan ya!
(zlf/zlf)











































