Jejak Tirto di Hotel Passer Baroe Bogor yang Kini Tinggal Puing

Jejak Tirto di Hotel Passer Baroe Bogor yang Kini Tinggal Puing

Sudrajat - detikProperti
Selasa, 09 Des 2025 06:46 WIB
Jejak Tirto di Hotel Passer Baroe Bogor yang Kini Tinggal Puing
Hotel Passer Baroe (Foto: Sudrajat/detikcom)
Jakarta -

Selepas berziarah ke makam tokoh Perintis Pers Indonesia, Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo di kawasan Blender, Minggu (7/12/2025), sekitar 30 anggota Komunitas Jalan Pagi Sejarah (JAPAS) Bogor bergegas menuju Pasar Baru, Suryakencana. Di balik pasar tua itu, tersimpan kisah tentang sebuah hotel legendaris yang kemasyhurannya, pada masanya, nyaris setara dengan Hotel Salak dan Hotel Belavue.

"Di hotel itulah Tirto banyak menulis, berdiskusi, dan berjuang lewat pena," ujar Abdullah Abubakar Batarfie, pemandu kegiatan. Ia memperlihatkan sebuah lukisan cat air karya sahabatnya, Iqbal Amirdha, yang dibuat saat berkunjung ke lokasi tersebut pada 2019.

Dalam lukisan itu, bangunan Hotel Passer Baroe tampak bergaya Indis. Dinding lantai duanya hampir seluruhnya terbuat dari kayu, dengan jendela-jendela kaca berlapis jeruji. Desain itu memungkinkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk dengan leluasa-ciri khas arsitektur kolonial tropis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lukisan cat minyak Hotel Passer Baroe karya Iqbal Amirdha pada 2019Lukisan cat minyak Hotel Passer Baroe karya Iqbal Amirdha pada 2019 Foto: Dok. Abdullah Abubakar Batarfie (JAPAS)

Namun rombongan yang mayoritas ibu-ibu-di antaranya Ketua Depok Heritage Community Ratu Farah Diba serta aktivis lingkungan dan kesehatan Valentina Sri Wijiyati harus gigit jari. Bangunan di atas lahan sekitar 1.200 meter persegi itu sama sekali tak tampak, tertutup rimbunnya pepohonan dan pagar seng berkarat. Aroma tak sedap dari tumpukan sampah semakin menegaskan kesan terbengkalai.

Beberapa orang mencoba mengintip dari celas seng yang bolong-bolong. Sebagian lagi mencoba berdiri di atas bekas peti-peti yang ditumpuk. "Dua tahun lalu aku ke sini masih kelihatan, lo, bangunannya," ujar salah seorang peserta dengan nada prihatin.

ADVERTISEMENT

Seorang warga setempat menyebut, di dalam bangunan yang kini lebih mirip puing itu, konon ada seorang penunggu bernama Hendrik. "Coba saja diteriaki," katanya.

Kami sempat mendengar suara siraman air dari arah kamar mandi di dalam bangunan. Namun untuk berteriak, kami harus bersaing dengan riuh gonggongan anjing-anjing dari bangunan sebelah. Mereka menyambut kedatangan kami sebagai pendatang baru dengan hiruk-pikuk tersendiri.

Menurut Johnny Pinot, pendiri JAPAS, Hotel Passer Baroe dibangun pada 1873 oleh saudagar keturunan Tionghoa, Tan Kwan Hong, yang tinggal di wilayah Jalan Perintis Kemerdekaan (kini Jalan Merdeka). Setelah dua kali berpindah tangan, hotel itu kemudian dimiliki keluarga Lim dan Lie.

"Kalau Hotel Salak dan Belavue yang mewah lebih banyak dinikmati warga Belanda dan Eropa, Hotel Passer Baroe ini justru ramai dikunjungi warga Timur Asing-Tionghoa, Arab, India-serta kaum Bumiputera," jelas Johnny.

Kemunduran hotel ini bermula pada awal 1960-an, ketika sejumlah keluarga dari Angkatan Udara Republik Indonesia menghuni kamar-kamarnya. Pasca peristiwa G30S 1965, aliran listrik dan air diputus. Sejak itu, bangunan hotel dibiarkan terbengkalai hingga perlahan menyusut menjadi reruntuhan.

Tak sampai 100 meter dari lokasi hotel, berdiri kokoh sebuah rumah bergaya Eropa milik Letnan Lie Beng Hok, yang pernah menjadi pembina komunitas Tionghoa di kawasan tersebut pada 1912-1913.

Hotel Passer BaroeRumah Letnan Lie Beng Hok Foto: Sudrajat/detikcom

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, yang kerap mewacanakan Bogor sebagai Kota Heritage, mengakui belum memiliki agenda untuk melestarikan bangunan Hotel Passer Baroe. Pasalnya, aset tersebut sepenuhnya milik swasta dan memerlukan biaya kompensasi yang tidak kecil jika pemerintah kota hendak melakukan rehabilitasi.

"Wah, itu sulit karena asetnya milik swasta. Harus dibeli, kecuali memang ada keinginan dari ahli waris untuk memperbaikinya," kata Dedie.

Hotel Passer Baroe kini tinggal nama dan cerita. Padahal, dari kamar-kamar kayunya yang lapang, pernah lahir gagasan-gagasan yang ikut menggerakkan kesadaran bangsa. Tirto sudah lama berpulang. Namun jejaknya, yang dulu tumbuh dari meja tulis di hotel di Suryakencana, kini juga terancam ikut terkubur.

(jat/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads